Sayidah
Aisyah ra. berkata, "Abu Bakar menemui Rasulullah saw. di biliknya saat beliau
berbaring dengan santai. Setelah selesai menyampaikan keperluannya, ia keluar.
Kemudian Umar datang, usai menyampaikan keperluannya, ia pun keluar. Disusul
kemudian Ali yang datang. Setelah menyampaikan keperluannya maka ia pun segera
keluar. Benkutnya, Utsman yang datang. Demi melihat Utsman yang datang,
Rasulullah saw. buru-buru bangkit dan duduk. Aisyah pun keheranan dan bertanya
kepada beliau, 'Mengapa Anda melakukan hal ini hanya pada seseorang?' Rasulullah
saw. menja-wab, 'Utsman seorang pemalu. Kerananya saya khawa-tir bila ia masuk
sedangkan saya dalam keadaan seperti sebelumnya, ia tidak mau mengutarakan
keperluannya kepadaku.'"
Mirip
dengan kisah tersebut adalah apa yang diceri-takan oleh sebagian hadits.
Rasulullah saw. memberi izin masuk untuk beberapa orang, yang terakhir adalah
Abu Sufyan bin Harb. Ia berkata, "Wahai Rasulullah, Anda telah memberi izin
kepada beberapa orang sebelumku hingga saya mengira bahwa batu Khandaq pun
mendapat izin sebelumku." Rasulullah saw. menjawab, "Engkau seorang, sama dengan
mereka seluruhnya."
"Engkau
seorang, sama dengan mereka seluruhnya," kalimat mi tidak saja mengisyaratkan
kedudukannya, tetapi kalimat ini terlontar kerana posisi yang sulit. Kata-kata
Abu Sufyan "Hingga saya mengira bahwa batu Khandaq pun mendapat lzin sebelumku"
merupakan gambaran jelas tentang ketegangan dan emosinya. Tidak ada yang tahu
apa yang akan terjadi jika tidak ada ung-kapan yang meredakan emosi itu.
Muhammad saw. memahami betul hal ini dan wajah Abu,Sufyan. Kerananya beliau
menyikapi dengan kata-katayang sebaik mungkin dan perasaan selembut mungkin.
Ucapan Nabi "Engkau seorang, sama dengan mereka seluruhnya" dapat mengubah hati
Abu Sufyan dari satu kondisi kepada kondisi yang lam; yang tadinya marah kini
rela, yang tadinya tegang kini tenang. Meski-pun sebenarnya, apa pun yang
dikatakan Rasulullah saw. Abu Sufyan siap menerimanya.
Cara
berinteraksi dengan orang yang memiliki kedu-dukan istimewa memang bukan perkara
gampang. Bukanlah sesuatu yang mudah ketika Anda menjumpai seseorang yang sedang
dalam keadaan emosi memuncak, Anda melihat hal ini secara jelas di wajahnya lalu
dalam waktu sekejap harus mampu meredakan emosinya. Rasulullah saw. memahami
kondisi jiwa anggota jamaah dan sahabat-sahabatnya. Beliau memahami detail
perilaku mereka; mengetahui apa yang membuat seseorang di antara mereka marah
dan apa yang mem-buatnya suka; mengetahui juga apa yang merangsang emosi
seseorang di antara mereka dan apa pula yang dapat menenangkannya. Beliau
mempergauli setiap mereka dengan cara yang pas, sehingga rasa cinta mudah
tertanam dan ketaatan pun segera dapat diwujudkan. Tidak seorang pun yang lari
darinya. Inilah puncak kelihaian siasat interaksi dengan orang lama.
"Sekiranya kamu bersikap
keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu."
(Ali Imran: 159)