Ada
orang yang bertanya kepada Abu Dzar ra., "Apakah waktu itu Rasulullah saw.
menjabat tangan kalian jika bertemu?" la menjawab, "Saya tidak pernah
menjumpainya kecuali beliau menjabat tangan saya. Suatu hari beliau mengutus
seseorang kepada saya, waktu itu saya tidak berada di rumah. Ketika saya pulang,
saya diberi tahu oleh istri saya. Kemudian saya menda-tangi Rasulullah. Ketika
itu beliau sedang berbaring di tempat tidur. Melihat kedatangan saya, beliau
bangkit dan memeluk saya." (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Berjabat
tangan bukan sekedar gerakan tangan yang diwarisi secara turuntemurun, tetapi
mempunyai makna dan rasa yang dipengaruhi oleh perbedaan hubungan dan kehendak.
Oleh karena itulah, Islam melarang laki-laki menjabat tangan perempuan yang
bukan muhrimnya. Tangan adalah alat yang sangat peka. la dapat mene-rima dan
mengirim isyarat-isyarat yang tampak pada wajah atau yang tersimpan dalam hati.
Berjabat tangan dapat mengukur jarak antara dua hati. Ada orang yang berjabat
tangan hanya untuk basa-basi, ada pula orang yang berjabat tangan hanya sekedar
menyentuh. Ada orang yang berjabat tangan, sementara wajahnya tidak mengarah
pada orang yang di hadapan-nya, ada pula orang yang berjabat tangan disertai
dengan tatapan mata yang sejuk.
Berjabat
tangan dapat menghapus dosa-dosa. Diriwa-yatkan dari Al-Barra' ra., ia berkata,
Rasulullah saw. ber-sabda, "Tidaklab seorang muslim yang bertemu
lulu berjabat tangan, kecuali bagi mereka ampunan sebelum mereka
berpisah."
Diriwayatkan
bahwa jika Rasul menjabat tangan seseorang, beliau tidak melepaskan tangan
beliau sehing-ga orang itulah yang melepaskannya. Dari Mu'adz bin Jabal ra., ia
berkata bahwa Rasulullah memegang tangannya dan berkata, "Hai Muadz, demi Allah, sungguh aku
mencintaimu. Aku berpesan kepadamu, jangan sekali-kali kamu mening-galkan
membaca doa, 'Ya Allah, tolonglah aku agar dapat mengingat-Mu, bersyukur
kepada-Mu, dan melakukan ibadah dengan baik,' setiap selesai shalat."
(HR. Abu
Dawud)