Salah
seorang akh berjalan dengan teman barunya yang belum dikenal oleh kawan-kawannya
yang lam. Ketika salah seorang di antara mereka bertemu dengan mereka berdua, ia
menjabat tangan akh ini dengan sangat mesra, sedangkan akh baru yang belum
dikenalnya dija-bat tangannya dengan dingm. Tentu sikap ini dapat dirasakan
olehnya hingga ia merasa dibedakan.
Seharusnya,
seorang akh tidak boleh membeda-beda-kan dalam berjabat tangan, kecuah ia bukan
seorang da'i yang mempunyai tujuan menank orang baru dalam dakwahnya.
Seorang
da'i harus memahami bahwa ltu kesempat-an berharga untuk berkenalan dengan orang
baru. Salam seorang da'i yang dilontarkan, ucapan, dan penyambutannya adalah
sarana dakwah. Dengan demikian, akh yang baru dikenal mi akan langsung masuk
dalam lingkaran mereka, lalu diundanglah ia untuk mengikuti seminar, ceramah,
dan bahkan rihlah (piknik). Selain itu, dapat pula memberinya berbagai bantuan
yang diperlukan, atau hadiah pada momentum yang tepat. Lalu ia menasihati akh
yang lain untuk bersikap serupa, dengan tulus dan perasaan yang hangat. Dengan
demikian, tindakan itu akan memberi pengaruh kepada mereka, lalu mereka pun
mendapatkan makna cinta yang sesungguhnya dan kehangatan hidup.
Bila
setiap akh menunjukkan sikap islami ini, dengan semangat persaudaraan yang
tulus, niscaya orang tersebut akan merasakan dirmya berada di tengah-tengah
banyak hati yang menyukai dan mencintainya. Dengan begitu, lalu terbangunlah
saling respon secara tulus dan masing-masing mereka merasa menjadi bagian dari
kebersamaan.