Mutiara Nasehat Sesudah Maghrib

blogger templates
Mutiara Nasehat Sesudah Maghrib
2 Mutiara Nasehat
Sholat Tasbih & Adab Bersholawat
Mutiara Nasehat Sesudah Maghrib
Pertama. Masalah Sholat Tasbih
Dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada ’Abbas bin Abdul Mutthalib,
يَا عَبَّاسُ يَا عَمَّاهُ أَلاَ أُعْطِيكَ أَلاَ أَمْنَحُكَ أَلاَ أَحْبُوكَ أَلاَ أَفْعَلُ بِكَ عَشْرَ خِصَالٍ إِذَا أَنْتَ فَعَلْتَ ذَلِكَ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ ذَنْبَكَ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ قَدِيمَهُ وَحَدِيثَهُ خَطَأَهُ وَعَمْدَهُ صَغِيرَهُ وَكَبِيرَهُ سِرَّهُ وَعَلاَنِيَتَهُ عَشْرَ خِصَالٍ أَنْ تُصَلِّىَ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ تَقْرَأُ فِى كُلِّ رَكْعَةٍ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ وَسُورَةً فَإِذَا فَرَغْتَ مِنَ الْقِرَاءَةِ فِى أَوَّلِ رَكْعَةٍ وَأَنْتَ قَائِمٌ قُلْتَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ خَمْسَ عَشْرَةَ مَرَّةً ثُمَّ تَرْكَعُ فَتَقُولُهَا وَأَنْتَ رَاكِعٌ عَشْرًا ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ مِنَ الرُّكُوعِ فَتَقُولُهَا عَشْرًا ثُمَّ تَهْوِى سَاجِدًا فَتَقُولُهَا وَأَنْتَ سَاجِدٌ عَشْرًا ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ مِنَ السُّجُودِ فَتَقُولُهَا عَشْرًا ثُمَّ تَسْجُدُ فَتَقُولُهَا عَشْرًا ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ فَتَقُولُهَا عَشْرًا فَذَلِكَ خَمْسٌ وَسَبْعُونَ فِى كُلِّ رَكْعَةٍ تَفْعَلُ ذَلِكَ فِى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ إِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تُصَلِّيَهَا فِى كُلِّ يَوْمٍ مَرَّةً فَافْعَلْ فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِى كُلِّ جُمُعَةٍ مَرَّةً فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِى كُلِّ شَهْرٍ مَرَّةً فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِى كُلِّ سَنَةٍ مَرَّةً فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِى عُمُرِكَ مَرَّةً
"Wahai Abbas, wahai pamanku, sukakah paman, aku beri, aku karuniai, aku beri hadiah istimewa, aku ajari sepuluh macam kebaikan yang dapat menghapus sepuluh macam dosa? Jika paman mengerjakan ha itu, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa paman, baik yang awal dan yang akhir, baik yang telah lalu atau yang akan datang, yang di sengaja ataupun tidak, yang kecil maupun yang besar, yang samar-samar maupun yang terang-terangan. Sepuluh macam kebaikan itu ialah; "Paman mengerjakan shalat empat raka'at, dan setiap raka'at membaca Al Fatihah dan surat, apabila selesai membaca itu, dalam raka'at pertama dan masih berdiri, bacalah; "Subhanallah wal hamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar (Yang suci Allah, segala puji milik Allah, tidak ada sembahan yang layak selain Allah dan Allah Yang Besar)" sebanyak lima belas kali, lalu ruku', dan dalam ruku' membaca bacaan seperti itu sebanyak sepuluh kali, kemudian mengangkat kepala dari ruku' (i'tidal) juga membaca seperti itu sebanyak sepuluh kali, lalu sujud juga membaca sepuluh kali, setelah itu mengangkat kepala dari sujud (duduk di antara dua sujud) juga membaca sepuluh kali, lalu sujud juga membaca sepuluh kali, kemudian mengangkat kepala dan membaca sepuluh kali, Salim bin Abul Ja'd jumlahnya ada tujuh puluh lama kali dalam setiap raka'at, paman dapat melakukannya dalam empat raka'at. Jika paman sanggup mengerjakannya sekali dalam sehari, kerjakanlah. Jika tidak mampu, kerjakanlah setiap jum'at, jika tidak mampu, kerjakanlah setiap bulan, jika tidak mampu, kerjakanlah setiap tahun sekali. Dan jika masih tidak mampu, kerjakanlah sekali dalam seumur hidup." (HR. Abu Daud no. 1297)
Sesudah sholat Maghrib Syekh menguraikan keutamaan Sholat Tasbih. Kata Beliau, begitu pentingnya sholat ini hingga Rasulullah Saw menganjurkan kepada umatnya untuk melaksanakannya walau hanya sekali dalam seumur hidupnya. Syekh M. Fathurahman mengatakan sudah tentu orang yang melaksanakan setiap hari lebih utama daripada seminggu sekali, dan yang melaksanakan seminggu sekali lebih utama daripada sebulan sekali, dan seterusnya. Bagi jama’ah Idrisiyyah, sholat Tasbih diistiqamahkan setiap hari pada waktu sesudah menunaikan sholat sunnat Maghrib. Selain itu bisa juga dilaksanakan pada waktu siang hari. Apabila dikerjakan di malam hari dilaksanakan dengan 2 salam (4 raka’at), sedangkan apabila dikerjakan di waktu siang boleh dikerjakan 4 raka’at dengan satu salam. Untuk mendidik dan memudahkan keistiqamahan, sholat Tasbih dilaksanakan secara berjama’ah.
Dengan melaksanakan sholat Tasbih dengan konsisten diharapkan kita menjadi golongan makhluk yang senantiasa bertasbih kepada Allah. Sebab para malaikat, batu-batuan, pasir dan makhluk yang ada di langit dan bumi semuanya bertasbih kepada Allah SWT [Yusabbihu lahuu maa fis samaawaati wal ardh] Q.S. Al-Hasyr: 24.
Syekh M. Fathurahman mengingatkan bahwa do’a yang didengar adalah ketika hati menghadap kepada Allah di waktu sholat. Banyak kebutuhan kita mengenai urusan dunia maupun akhirat, maka jangan sia-siakan saat berkomunikasi dengan Allah di waktu sholat.
Dalam hadits disebutkan:
أَلَا وَإِنِّي نُهِيتُ أَنْ أَقْرَأَ الْقُرْآنَ رَاكِعًا أَوْ سَاجِدًا فَأَمَّا الرُّكُوعُ فَعَظِّمُوا فِيهِ الرَّبَّ عَزَّ وَجَلَّ وَأَمَّا السُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا فِي الدُّعَاءِ فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ
Rasulullah SAW bersabda, "Ketahuilah bahwa aku dilarang membaca Al Qur'an di dalam ruku' atau sujud. Agungkanlah Allah Yang Suci dan Tinggi dalam ruku', dan bersungguh-sungguhlah dalam berdoa ketika sujud. maka pasti doamu dikabulkan." {Muslim 2/48}

Kedua. Adab Membaca Sholawat
Saat membaca sholawat hendaknya memperhatikan beberapa etika berikut ini,
(Pertama) menghadap kiblat, bagi yang membaca seorang diri. Jika berjama’ah (dalam lingkaran dzikir) ia menghadap imam dzikirnya (boleh tidak menghadap kiblat).
(Kedua) menghadirkan hati (hudhurul qalbi) ketika membaca sholawat. Seperti ketika kita akan melaksanakan sholat dengan ungkapan ‘Innii wajjahtu wajhiya lilladzii fathoros samaawaati wal ardho ...’ Aku hadapkan seluruh jiwa dan ragaku (lahir batinku) kepada Zat Yang menciptakan langit dan bumi ... Hal ini dilakukan sebelum membaca sholawat.
Ketika membaca sholawat, kita hadirkan hati kepada sosok Rasulullah Saw seakan-akan Beliau Saw hadir di beserta kita. Hadir hati itu tidak harus menggambarkan rupanya, seperti ungkapan ketika tasyahud ‘Assalaamu’alaika ayyuhan nabiyyu ...’ [Keselamatan atas engkau wahai Nabi ...] Pernyataan itu berarti menghadirkan Beliau seolah berada di hadapan kita.
Dengan membaca Sholawat ’Azhimiyyah, yang berarti sholawat pengagungan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai makhluk yang paling agung, diarahkan bagi siapa yang melantunkannya bersikap ta’zhim ketika melafalkannya.
Di akhir sholat sunnat Isya Syekh mengungkapkan harapan semoga seluruh aktivitas ibadah sejak bangun tidur, tahajjud, dzikir, sholat berjama’ah hingga menjelang istirahat malam, semuanya diterima Allah dan diampuni apabila terdapat kekurangannya. Dan semua kaum muslimin dalam ampunan dan bimbingan Allah SWT. Bibarokati Ummil Quran, Al-Fatihah.