Mari Bersyukur
Kebanyakan manusia lupa akan nikmat-Nya.
Jika
kita menyaksikan orang lain tertimpa musibah, sementara kita tidak
mengalaminya maka timbullah rasa syukur. Saat orang lain mengalami
banjir yang melumpuhkan gerak aktivitas kehidupannya, maka orang yang
tidak mengalami banjir akan merasa bersyukur. Saat orang lain mengalami
sakit maka orang yang melihatnya akan merasakan syukur atas kesehatan
yang dimilikinya. Karena betapa mahalnya nilai kesehatan itu.
Nikmat kesehatan di kala
orang lain sakit, nikmat ketenangan dan kenyamanan sementara orang lain
mengalami banjir, longsor, perang, adalah nikmat-nikmat yang lupa
disyukuri banyak orang.
Beruntunglah dikaruniakan daerah Baldatun Thoyyibatun wa Robbun Ghofuur, yakni wilayah yang benar-benar thoyyibah, yakni kondisinya baik, aman, damai, kondusif, tidak ada konflik, dan harmonis.
Allah
telah berjanji bahwa jika manusia banyak mengabdi kepada-Nya maka akan
dibukakan pintu-pintu keberkahan dari langit dan bumi, sebagaimana
diinformasikan dalam Al-Quran,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ
آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ
وَالْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ ﴿الأعراف: ٩٦﴾
Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi
mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya.
Seandainya penduduk suatu daerah, wilayah, atau negara, beriman dan bertaqwa, percaya dan tunduk kepada aturan-aturan Allah niscaya akan terbuka perbendaharaan langit dan bumi atas mereka.
Yang penting untuk dikaji di sini adalah istilah Fataha [فتح] artinya buka. Jika seseorang memiliki emas segudang tapi tidak bisa membukanya maka emas tersebut menjadi tidak ada artinya karena tidak bisa dimanfaatkan.
Begitu pula Allah telah menciptakan perbendaharaan langit dan bumi,
mengaturnya sedemikian rupa untuk kehidupan manusia dan seluruh
makhluk-Nya, tidak akan terbuka apabila Allah tidak membukakan
keberkahan yang ada padanya.
Allah
menciptakan isi bumi sebagai cadangan bagi kehidupan manusia hingga
akhir, dan mengatur benda-benda langit yang demikian banyak agar tidak
jatuh ke bumi. Akan tetapi walaupun demikian hebat penciptaan bumi
beserta atmosfir yang menyelimutinya, planet-planet beserta
pengaturannya, manusia akan mengalami kesengsaraan dan konflik terus
menerus apabila Allah tidak membukakan keberkahannya.
Dalam
banyak informasi yang kita terima, masih terjadi di sana sini
kelaparan, kemiskinan, kebodohan, hingga saling membunuh, meski planet
bumi beserta isinya telah disetting cukup untuk kebutuhan umat manusia. Masalahnya adalah pintu keberkahan bumi beserta isinya tidak terbuka seluruhnya karena manusia menghindar dari ketaqwaan kepada Allah.
Di
sudut kehidupan lain, ada yang mendapatkan rizki begitu berlimpah
sehingga merasa bosan dengannya. Kondisi dulu dan sekarang berbeda.
Kalau dulu orang tua sulit mencari makan untuk anaknya sampai nasi dicampur jagung, tapi sekarang banyak orang tua sulit membuat anaknya mau makan.
Kalau dahulu pakaian teramat sulit hingga menggunakan karung beras. Sekarang pakaian berlimpah, di lemari menumpuk, di toko-toko banyak menjualnya dengan discount. Tapi banyak orang berkeluh kesah, menderita jiwanya, mudah disulut emosinya, meski lewat sebuah sms.
Dahulu,
murid Idrisiyyah yang berasal dari daerah yang jauh mengaji dengan
berjalan kaki, dari pagi berangkat dan sampai di Cidahu sore hari. Di
balik kesulitan ekonomi, penindasan bangsa Jepang, tapi mereka bisa
berangkat tanpa kendaraan. Sekarang, adanya mobil, motor, dan lain-lain
seharusnya membuat mudah dan cepat untuk datang mengaji [bukan hanya
mempercepat untuk datang pasar atau mall saja]. Semoga rizki kita tidak
menjadi hijab untuk beribadah kepada Allah.
Jelasnya,
pintu rizki sudah dibukakan, namun pintu keberkahannya belum seluruhnya
terbuka. Hanya orang yang beriman dan bertaqwa yang mendapatkan rizki
serta keberkahan di baliknya sehingga rizki yang diterima memudahkannya
untuk bersyukur kepada Allah SWT.