3 landasan ilmu
Iman, Islam dan Ihsan adalah pondasi utama Ilmu Islam.
Kita
terlahir berasal dari Allah SWT dengan segala karunia yang telah
diberikan-Nya. Ini adalah karunia yang besar. Kita sebagai makhluk
diberikan kesempatan terbaik untuk lebih merasakan karunia yang lebih
hebat lagi, yang hakiki dan permanen. Kita berasal dari Allah, yang
didapat tanpa usaha sedikitpun dari kita sebagai hamba-Nya. Allah telah
memberikan kesempurnaan pada diri setiap individu untuk melaksanakan
tugas di muka bumi ini.
Yang menjadi kewajiban kita adalah kembali kepada Allah, wa ilayhi rooji’uun
Kita kembali kepada Allah harus seperti ketika kita berasal dari Allah.
Kita berasal dari Allah dalam keadaan fitrah, membawa nilai-nilai Ilahiyyah (Ketuhanan), dalam keadaan bersih tanpa membawa dosa.
Kewajiban
kita adalah kembali kepada Allah membawa fitrah yang sama, membawa
nilai-nilai Ketuhanan, kebaikan, kebenaran, jangan sampai kembali kepada
Allah dalam keadaan membawa dosa. Inilah yang mesti kita perhatikan
atas setiap pribadi kita agar kita dapat kembali kepada Allah dalam
keadaan damai, tentram dan sukses.
Agama
Islam telah diturunkan lewat rangkaian para Nabi, dan dilanjutkan oleh
para pewarisnya di setiap zaman. Ajarannya membawa petunjuk bagi umat
manusia dalam mengarungi samudera kehidupan yang penuh gelombang
problematika.
Ada
3 landasan ilmu di dalam agama Islam. Jika kita mengikuti petunjuk
Allah dengan mengikuti 3 disiplin ilmu tersebut maka kita akan
mendapatkan kenikmatan-kenikmatan sepanjang perjalanan kehidupan sampai
garis finish perjumpaan manusia dengan Allah SWT.
Pertama, nilai-nilai Aqidah. Fungsi utama nilai Tauhid ini menuntun manusia kepada sasaran (tujuan) hidup. Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam menyatakan Ana a’alamukum billaah, aku adalah orang yang paling mengenal Allah di antara kalian. Seharusnya yang menjadi orientasi hidup kita adalah Allah dan Hari Akhir. Sementara manusia banyak yang menjadikan sasaran tujuan hidupnya hanya sebatas kehidupan ini saja yang bersifat semu, dan berakhir dengan kerugian. Ilmu Aqidah yang menuntun manusia kepada tujuan hidup sesungguhnya.
Hakikat tujuan hidup orang-orang yang beriman terkandung dalam kalimat Tauhid Laa Ilaaha Illallaah [Tiada
yang disembah, ditaati dan dituju melainkan Allah]. Inilah kalimat yang
utama yang dibawa oleh para Nabi dan pewaris sesudahnya.
Kedua,
nilai-nilai Syari’at (Fiqih). Fungsi utama aturan fiqh adalah untuk
mengatur kehidupan manusia baik kepada Khaliq maupun makhluk. Rusaknya
sendi-sendi kehidupan karena adanya tawuran, tindakan kriminal, adalah karena tidak mengikuti syari’at (aturan) Allah dalam menjalani kehidupan.
Dengan petunjuk syari’at (fiqih) manusia diperintahkan bagaimana
menggali kualitas diri dan kekayaan alam yang telah dilimpahkan
kepadanya. Firman Allah SWT:
هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا .... ﴿هود: ٦١﴾
Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya,
Jika
kekayaan alam dieksploitasi dengan baik (menurut tuntunan aturan Allah)
maka akan terasa anugerah-Nya yang tak terhingga, keadilan akan
dirasakan semua individu, pendidikan dan kesejahteraan akan dinikmati
semua pihak.
Para
pemimpin (penguasa), politisi, ilmuwan, dan lainnya mesti mengabdikan
diri kepada aturan Allah, anugerah yang tak henti akan terus mengalir
dalam kehidupan ini dan tidak ada kesenjangan antara yang kaya dan
miskin, pembodohan yang berkepanjangan, atau kondisi memprihatinkan
lainnya. Tidak akan muncul orang-orang yang depresi atau stres yang
menghinggapi 45 juta penduduk dunia saat ini.
Orang
yang beriman harus mengkaji nilai-nilai syari’at (fiqih) yang telah
ditetapkan Allah dan Rasul-Nya agar kenikmatan dan kebahagiaan hidup
bisa tercapai. Kehidupan ini merupakan bentuk proses kembali kepada
Allah.
Ketiga,
Ihsan atau ilmu Tasawuf. Seorang Ulama mengatakan bahwa Ilmu Fiqih
ibarat jasad manusia, sedangkan Tasawuf bagaikan ruh yang bersemayam di
dalamnya. Manusia yang utuh adalah manusia yang terdiri dari jasmani dan
ruhani. Manusia yang sempurna adalah yang mampu mengintegrasikan antara
keduanya.
Manusia
yang bermaqam ihsan ini mewujud dalam perilakunya yang produktif dan
bermanfaat bagi diri dan orang lain. Fungsi Ihsan ini menjadi ruh atau
spirit manusia dalam menghambakan dirinya kepada Allah. Energi Ihsan
yang melimpah dari Allah akan memberikan kemampuan diri untuk membedah
berbagai ujian kehidupan meski datang tak henti-henti.
Ilmu Tasawuf menjadi pendorong manusia dalam mengabdi kepada Allah sepanjang masih diberikan kepercayaan menjalin kehidupan.
3 disiplin ilmu ini pernah diajarkan dan dicontohkan langsung oleh Rasulullah kepada generasi pertama (As-Sabiqunal Awwalun). Kemuliaan, kesejahteraan dan kebahagiaan memancar dari kota Madinah (Al-Munawwaroh). Kemegahan cahayanya menyinari alam sekitarnya.
Inilah
fakta bahwa Allah menurunkan Risalah Islam dengan 3 disiplin ilmu yang
melahirkan generasi yang produktif dalam menjalani kehidupan. Bukankah
idaman setiap orang meraih kebahagiaan hidup yang hakiki? Jika kita
ingin mendapatkan dan membuktikan hal itu, maka sejak kita dilahirkan
hingga prosess menuju kepada Allah kita mesti komitmen dalam mempelajari
3 disiplin ilmu tadi sekaligus mengaktualisasikan dalam kehidupan ini.
Sikap
saling menghormati, menghargai, membantu di antara umat manusia adalah
wujud kebahagiaan. Harapan seluruh umat manusia bisa terpenuhi jika
menghadap kepada Agama-Nya dengan sikap yang bersih dan lurus.
Nilai
agama yang mulia dan kebijakan Allah yang membawa rahmat bagi seluruh
alam semesta hanya bisa diraih oleh individu-individu yang menghadapkan
dirinya sepenuh jiwa raga kepada Agama dengan sikap yang hanif (bersih
hati dan sikap yang lurus). Hanif adalah bersikap lurus kepada Allah dan
bersih hatinya (tidak ada kebencian, egoisme dan hasad), hatinya
tertuju kepada Allah semata.
Allah SWT berfirman:
Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat.
Inilah kenikmatan dan kebahagiaan yang dirasakan dalam perjalanan seorang hamba yang bertaqwa yang mampu mempelajari ketiga disiplin ilmu (iman, islam dan ihsan).
Sejak diturunkan ke muka bumi dengan berbagai rahmat (mawahib)-Nya,
hingga berlanjut menuju proses pulang kepada Allah (dari dunia menuju
Barzakh dan akhirat), mereka terus merasakan kenikmatan dan kebahagiaan
di sepanjang perjalanan itu.
Mudah-mudahan
kita dapat meraihnya, dan orang-orang yang beriman di manapun berada
senantiasa mendapatkan ampunan, bimbingan dan petunjuk dari Allah SWT.