Merancang “Sebuah Seminar atau Pelatihan”

blogger templates

Merancang “Sebuah Seminar atau Pelatihan”
Bagi yang telah terbiasa, maka merancang sebuah pelatihan atau seminar merupakan kegiatan sehari-hari. Namun bagaimana agar seminar atau pelatihan tersebut laku dijual dan bermanfaat bagi para  partisipan?  Bagi sebuah provider yang bergerak di bidang pelatihan, merancang seminar atau pelatihan didasarkan atas kebutuhan masyarakat. Siapa partisipan  yang diharapkan akan  tertarik untuk datang ke  Seminar atau Pelatihan tersebut?
Agar program  seminar atau pelatihan dapat berjalan lancar, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian.
1. Tetapkan segmen peserta yang akan dijadikan target seminar atau pelatihan
Menentukan siapa kriteria peserta yang mengikuti pelatihan adalah untuk memudahkan menyesuaikan materi seminar atau pelatihan, dengan harapan atau kebutuhan para peserta. Kriteria peserta juga akan memudahkan untuk melihat apakah suatu  seminar dirancang untuk pengenalan, awareness, atau spesifik pada bidang pekerjaan tertentu. Misalnya, pelatihan untuk auditor, maka para peserta adalah orang-orang yang berkecimpung di bidang audit, dan ini akan berbeda bilamana para peserta merupakan campuran  dari bidang-bidang  yang lain, seperti funding, treasury dan lain-lain
2. Materi yang akan diberikan untuk seminar atau  pelatihan
Pada umumnya  penyusunan materi diawali dari strategi, filosofi, agar para peserta memahami latar belakang sejak dari awal. Apabila para peserta telah dipilih mempunyai persyaratan tertentu, misalnya pendalaman tentang pembiayaan  sindikasi, maka dalam pelatihan lebih banyak dilakukan pembahasan kasus, dan langsung pada sasaran. Kriteria para peserta tentu saja adalah orang-orang yang telah mempunyai pengalaman di bidang perkreditan, serta  memahami  hukum  perkreditan.
3. Siapa pengajar atau pembicara dalam  seminar atau pelatihan tersebut
Pengajar yang dipilih tergantung  dari tujuan seminar atau pelatihan, apakah seminar/pelatihan dimaksudkan untuk lebih memahami kebijakan yang dikeluarkan oleh institusi tertentu, atau seminar/pelatihan dimaksudkan agar para peserta dapat langsung menerapkan  hasilnya dilapangan.
4. Metodologi seminar atau pelatihan
Bisa berupa ceramah, diskusi interaktif, role play, studi kasus, dsb nya
Jenis pelatihan:
  1. In house training, seminar, workshop
  2. Pendidikan Pengembangan
Pendidikan pengembangan bagi seorang staf yang direncanakan  suatu  saat  akan menjadi Pimpinan, maka pelatihan yang diberikan dapat dibagi menjadi:
-  Pendidikan  yang  bersifat  ketrampilan, atau meningkatkan  skill sesuai kebutuhan bagi seorang banker
- Pendidikan yang bersifat konseptual, sehingga nantinya diharapkan para Staf terlatih untuk bisa melihat secara aktif filosofi dari setiap materi pelatihan yang diberikan, yang membuat seorang Staf dapat memahami dan mencari jalan keluar setiap permasalahan yang ada dalam pekerjaannya
On the job training, disini Staf dilatih langsung untuk mengikuti praktek dilapangan, serta melihat titik risiko dari setiap operasional di unit kerja
5. Biaya  seminar atau pelatihan
Untuk bisa  menentukan berapa biaya sebuah seminar atau pelatihan, maka harus dibuat budget plan untuk setiap proyek,  sehingga kita bisa membuat rencana berapa pemasukan yang akan diterima serta biaya yang harus dikeluarkan. Kita juga harus bisa melihat berapa harga pesaing kita di pasar. Harga yang terlalu rendah, akan dianggap penyelenggara seminar kurang bonafide, di satu sisi jika terlalu mahal juga tak ada yang berminat.
Biaya seminar antara lain terdiri dari::
  1. Venues & Accomodation
  2. Honor speakers or instruktur
  3. Token  of appreciation
  4. Media Partner
  5. Certificate & Seminar Kit
  6. SPG, transport dll
Pemasukan, antara lain diperoleh dari:
  1. Pembayaran dari participants
  2. Sponsorship
6. Tempat pelaksanaan
Tempat seminar atau pelatihan dapat diadakan di hotel, di tempat  klien (jika berupa in house training),  namun pada umumnya merupakan tempat  yang dianggap layak, dan sarana serta prasarana nya sesuai dengan tujuan penyelenggaraan seminar atau pelatihan  dimaksud.
Pada akhirnya, keberhasilan sebuah  seminar atau pelatihan  adalah bagaimana cara kita mengolah materi  seminar atau pelatihan, siapa pembicaranya, dan kepada siapa seminar atau pelatihan tersebut akan ditawarkan. Koordinasi dan quality control antara bagian pengkajian/pembuatan materi, pemilihan pembicara, dan marketing sangat penting karena menjadi satu kesatuan untuk mendukung kesuksesan penyelenggaraan sebuah seminar atau pelatihan. Dan tentu saja, topik yang diangkat dalam seminar atau pelatihan hendaknya topik yang memang sedang dibutuhkan oleh orang banyak, sehingga seminar/pelatihan tersebut dipadati peserta. Atau topiknya terbatas pada kalangan tertentu,  yang saat ini harus menyesuaikan dengan peraturan, seperti Risk Management, yang unuk kalangan Perbankan harus sesuai standard Basel II.
Mengapa setiap jenis usaha memerlukan SOP?
SOP atau Standard Operating Procedure, adalah sistem yang disusun untuk memudahkan, merapihkan dan menertibkan pekerjaan. Sistem ini berisi urutan proses melakukan pekerjaan dari awal sampai akhir. Perusahaan yang telah memahami kebutuhan suatu standar acuan, agar para karyawan dapat memahami dan melakukan tugasnya sesuai standar yang digariskan perusahaan, menyadari akan pentingnya pembuatan SOP ini. Bahkan perusahaan juga membuat SOP untuk produk yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut, agar konsumen dapat mengetahui cara untuk menggunakan produk tersebut tanpa salah.
1.    Kapan sebaiknya SOP dibuat?
Sebaiknya pembuatan SOP dilakukan pada saat perusahaan mulai beroperasi. Hal ini penting, agar setiap jajaran orang yang  bekerja di perusahaan memahami posisinya, serta tanggung jawab masing-masing. SOP ini juga mengatur peranan masing-masing manajemen yang memimpin perusahaan, agar tugas dan tanggung jawabnya tidak rancu, peran manajemen satu dengan lainnya.  SOP bersifat unik, serta berbeda antara perusahaan satu dengan perusahaan lainnya. SOP yang digunakan untuk industri, berbeda dengan perusahaan jasa, juga berbeda dengan perusahaan yang bergerak di lembaga keuangan.
 2.    Berapa waktu yang dibutuhkan dalam menyusun SOP?
Waktu yang dibutuhkan untuk menyusun SOP sangat bervariasi, tergantung dari besarnya perusahaan, serta apakah perusahaan mempunyai berbagai cabang di seluruh Indonesia atau bahkan di luar negeri. Untuk perusahaan yang masih kecil dan sederhana, penyusunan SOP dapat lebih singkat waktunya. 
Selain mengenal operasi perusahaan secara detail, kita juga harus mengenal siapa konsumen perusahaan, siapa pemasoknya. Untuk perbankan, kita harus mengenal, berapa jenis simpanan yang masuk ke Perbankan, serta produk apa saja yang dipunyai sebuah Bank, berapa unit kerja Bank tersebut, dana yang diperoleh akan  untuk membiayai apa saja agar sesuai tujuan penyaluran dana tersebut, serta mendapatkan hasil, bagaimana mengatur agar antara funding dan lending bisa match, dan sebagainya. Masing-masing unit usaha yang merupakan profit center dari Bank harus mempunyai SOP tersendiri, begitu juga unit kerja yang melakukan pelayanan, seperti SOP untuk Logistik (sering disebut Kebijakan Umum Logistik).  
3.    Apa saja yang perlu diketahui dalam menyusun SOP?
Untuk menyusun SOP perusahaan, maka harus dipahami apa Visi dan Misi perusahaan tersebut, budaya kerja yang ada di perusahaan, dan alur pekerjaan yang ada di perusahaan (bagi perusahaan besar, maka alur pekerjaan di masing-masing unit operasional akan berbeda-beda).  Sebagai contoh: untuk menyusun SOP perkreditan suatu Bank, maka  kita harus memahami Kebijakan Umum Perkreditan (KUP) Bank tersebut, yang antara lain berisi: i) Prinsip Kehati-hatian. ii) Organisasi dan Manajemen Perkreditan. iii) Kebijakan Persetujuan Kredit. iv) Pembinaan dan Pengawasan.v) Pengelolaan Kredit Bermasalah.
Berapa banyak SOP perkreditan yang dipunyai oleh sebuah Bank, sangat tergantung dari skala Bank tersebut. Untuk Bank yang besar, maka SOP yang dipunyai minimal sama dengan jumlah unit bisnis yang mengelola penyaluran dana di Bank tersebut. Misal: SOP tentang bisnis mikro, SOP bisnis retail, SOP bisnis korporasi, SOP unit  Treasury dan Internasional, SOP tentang Consumers loan, SOP tentang unit Kartu Kredit, dan lain-lain.
Peran SOP di Bank, adalah:
  • Merupakan Pedoman operasional, berisikan sistim dan prosedur kegiatan operasional .
  • Merupakan penjabaran kebijakan secara menyeluruh dari perusahaan, yang disusun untuk mencapai sasaran Business Plan dari perusahaan.
  • Untuk menjadi acuan dalam membuat Surat Edaran atau Surat Keputusan Direksi, dalam membuat petunjuk pelaksanaan operasional perusahaan.
  • Sebagai acuan yang harus diikuti dalam pelaksanaan Manajemen Risiko.
  • Membentuk disiplin pelayanan yang tertib di bidang operasional dengan cara dan sikap yang sama sehingga terbentuk budaya yang sehat sebagai bagian dari profesionalisme perusahaan.
  • Menjamin adanya pengawasan yang memadai dalam setiap tahapan proses.
4.    Kompetensi apa yang dimiliki oleh tim counterpart?
SOP dibuat oleh orang-orang yang berada di perusahaan tersebut, umumnya perusahaan membuat tim, yang terdiri dari berbagai personil yang mewakili bidang tugas masing-masing untuk menyusun SOP. Perusahaan dapat meminta bantuan konsultan untuk melakukan penyusunan SOP ini, namun agar SOP nanti dapat diimplementasikan dengan baik dan sesuai dengan budaya perusahaan tersebut, maka perusahaan membentuk tim counterpart yang akan membantu konsultan, melakukan diskusi dengan tim konsultan, dalam rangka penyusunan SOP tersebut. 
Tim yang ditunjuk sebagai counterpart adalah orang yang benar-benar memahami bisnis dan operasional perusahaan, membantu konsultan mengidentifikasi masalah, mewakili perusahaan untuk menjamin agar SOP telah dibuat sesuai dengan tujuan perusahaan perusahaan. Tim counterpart ini mewakili perusahaan, menjamin agar hasil SOP dapat diimplementasikan oleh perusahaan.
5.    Perlu adanya proses sosialisasi.
Apabila SOP telah selesai dibuat, harus disosialisasikan kepada seluruh jajaran karyawan, agar seluruh prosedur yang telah ditetapkan dalam SOP dapat dilaksanakan dengan baik di lapangan. Lamanya proses sosialisasi tergantung dari skala perusahaan. Dalam hal perusahaan skala besar, maka perusahaan dapat meminta bantuan konsultan yang membuat SOP, untuk melakukan sosialisasi. 
SOP ini sangat perlu, baik untuk perusahaan besar maupun kecil. Bahkan sebuah warung soto dipinggir jalanpun mempunyai acuan, agar setiap karyawan yang membantu kelancaran penjualan warung soto tersebut, mengetahui langkah apa saja yang diperlukan agar warung soto dapat berjalan lancar, mengetahui peran dan tanggung jawabnya.  Dengan SOP ini pemilik usaha dapat memantau usaha nya, mengetahui tanda-tanda dini jika terjadi permasalahan, sehingga dapat diatasi, tanpa mengorbankan kelangsungan hidup warung soto tersebut. Tentu saja yang dimaksud SOP warung soto  ini dibuat sangat sederhana, memudahkan pelaksanaannya, serta fleksibel.
Sumber Bacaan:
  1. Suryono Ekotama. “Cara Gampang Bikin Standard Operating Procedure”. Media Pressindo: Yogyakarta, 2011.
  2. Pengalaman penulis dalam membantu membuat SOP.