Atur Pengeluaran Anda
Sekarang,
kita coba melakukan satu permainan lagi. Ambil kertas, kemudian
lakukan
satu hal berikut.
Tulis
pos-pos pengeluaran yang biasa Anda lakukan setiap bulan, misalnya biaya
telepon,
listrik, air, sembako, dan seterusnya.
POS-POS PENGELUARAN
…………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………….
Tulis
sebanyak mungkin pos pengeluaran yang biasa Anda lakukan setiap bulan. Saya
beri
waktu 10 menit.
Sekarang,
mari kita bayangkan apa saja kira-kira yang menjadi pos pengeluaran Anda
selama
ini.
POS-POS PENGELUARAN
Telepon
Listrik
Air
Sembako
Kebutuhan
Rumah Tangga (sabun, odol, dan lain-lain)
Iuran
Sampah & Lingkungan
Iuran
Arisan
Pulsa
HP
Transportasi
(bensin dan parkir/kendaraan umum)
Kesehatan
(vitamin, dan lain-lain)
Perawatan
Kendaraan
SPP
Anak
Kursus
Anak
Atur
Pengeluaran Anda 12
Uang
Saku Anak
Buku-buku
untuk Anak
Langganan
Koran
Cicilan
Rumah
Cicilan
Kendaraan
Premi
Asuransi
Beli
Buku
…………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………….
Hitunglah
banyaknya pos pengeluaran yang sudah Anda tulis. Hitung dari atas ke
bawah.
Pada contoh diatas, jumlahnya ada 20.
Sekali
lagi, rata-rata setiap bulan pengeluaran Anda mencapai 20 pos, bisa saja lebih.
Anggap
saja pengeluaran Anda 20ò 25
pos setiap bulannya.
Pertanyaan
saya sederhana: kalau pengeluaran Anda mencapai 20ò 25 pos setiap
bulannya,
berapa pos pemasukkan Anda setiap bulan; 1 pos? 2 pos? Atau 3 pos?
Mungkin
3 pos saja sudah sangat bagus.
***
Banyak
di antara kita tidak menyadari bahwa penghasilan kita yang hanya 1ò 2 pos
setiap
bulan harus digunakan untuk membayar pengeluaran yang mencapai 20ò25
pos.
Bahkan, kalau mau jujur, pengeluaran sering kali jauh lebih banyak kalau kita
mempunyai
keinginan yang kadang timbul secara mendadak.
Menariknya,
karena 1ò 2
pos pemasukan sering kali harus membayar 20ò 25 pos
setiap
bulan, sejumlah masalah sering muncul. Masalah pertama, sering kali tidak
semua
pos pengeluaran bisa terbayar. Masalah kedua, karena tidak semua pos
pengeluaran
bisa terbayar, Anda mulai ngotot
untuk tetap membayarnya sehingga
terjadilah
defisit; uang keluar Anda lebih besar daripada uang yang masuk. Oleh
karena
itu, kita sering kali harus mengambil tabungan. Masalah ketiga, kalau
terusmenerus
diambil
setiap bulan, tabungan kita akan habis. Disinilah mulai muncul
masalah
keempat: utang. Anda akan menggunakan semua fasilitas utang yang ada di
sekitar
Anda untuk menutupi defisit. Kalau utang Anda sudah banyak, mulailah
menjual
barang-barang Anda. Kalau barang-barang itu habis, mulailah timbul
masalah-masalah
yang sangat besar.
Perhatikan bagan berikut!
…
tabungan
habis
…
kebanyakan
utang
…
barangbarang
habis
Jual
barang/aset
MASALAH BESAR
PERILAKU ORANG KETIKA
MENGALAMI DEFISIT
Mengambil
Tabungan
Berutang
Atur
Pengeluaran Anda 13
Apa
saja masalah besarnya? Banyak! Perceraian, percekcokan, harga diri turun
drastis,
dan sebagainya. Mungkin Anda merasa bahwa harga diri Anda mulai turun
sejak
Anda mulai menjual barang dan aset untuk menutupi utang.
“Defisit bisa menyebabkan
berbagai masalah, termasuk pertengkaran antara suami
istri. Oleh karena itu,
cobalah untuk tidak mengalami defisit karena defisit adalah
sumber dari segala sumber
masalah.”
Kesimpulannya?
Jangan sampai ada defisit! Jangan sampai pengeluaran Anda lebih
besar
daripada pemasukan.
Caranya?
Atur
pengeluaran Anda!
Oleh
karena pengeluaran setiap orang berbeda, dan saya tidak mungkin mengetahui
berapa
besar pengeluaran Anda, saya akan berikan tiga hal yang harus Anda
perhatikan
dalam mengatur pengeluaran.
Oleh
karena pengeluaran setiap orang berbeda, dan saya tidak mungkin mengetahui
berapa
besar pengeluaran Anda, saya akan berikan tiga hal yang harus Anda
perhatikan
dalam mengatur pengeluaran.
1.
Bedakan kebutuhan dan keinginan.
2.
Pilihlah prioritas terlebih dahulu.
3.
Ketahui cara yang baik dalam mengeluarkan uang untuk setiap pos
pengeluaran.
1. Bedakan kebutuhan dan
keinginan
Pernahkah
Anda melihat orang yang profilnya persis sama dengan Anda? Oke,
katakan
saja Anda seorang wanita berusia 30-an. Anda seorang ibu rumah tangga.
Suami
anda berusia 35 tahun, ganteng, dan bekerja di sebuah perusahaan besar
sebagai
manajer. Anda dikaruniai dua orang anak; satu masih duduk di kelas 1 SD
dan
yang satu lagi di TK. Anda tinggal di pinggiran sebuah kota yang cukup besar
di
Jawa. Katakan saja penghasilan Anda sekeluarga sekitar sekian juta rupiah
sebulan.
Menariknya,
Anda melihat ada seorang wanita yang profilnya sama seperti Anda.
Berumur
sekitar 30-an, ibu rumah tangga, suami berusia 37 tahun yang bekerja
sebagai
manajer senior dengan penghasilan kurang lebih sama dengan keluarga
Anda.
Mereka juga dikaruniai dua orang anak, yang pertama kelas 3 SD dan yang
kedua
mau masuk SD. Tempat tinggal mereka pun ternyata tidak jauh dari area
Anda.
Apa
yang membuat penasaran, keluarga yang Anda lihat ituò walaupun
berpenghasilan
kurang lebih sama dengan keluarga Andaò bisa memiliki gaya
hidup
yang serba berkecukupan. Tidak mewah, tapi cukup. Mereka sepertinya
Atur
Pengeluaran Anda 14
tidak
pernah kehabisan uang setiap tanggal 20 , bisa mempunyai reksadana, dan
selalu
bisa membayar pengeluaran-pengeluarannya. Sementara keluarga Anda,
baru
tanggal berapa, uang sudah habis; rasanya penghasilan Anda tidak pernah
cukup.
Pertanyaannya
sekarang, kok bisa? Apa sih yang membedakan?
Pengalaman
saya, kalau dua keluarga memiliki penghasilan kurang lebih sama,
usia
sama, semua profilnya sama, tapi yang satu selalu bisa hidup berkecukupan
sementara
keluarga yang satu lagi tidak, biasanya keadaan ini disebabkan oleh
perbedaan
keinginan. Sekali lagi, perbedaan keinginan, bukan perbedaan
kebutuhan.
“Bedakan antara kebutuhan dan
keinginan”
Ya,
kebutuhan dua keluarga tersebut kurang lebih sama. Sembako, transportasi,
telepon,
pulsa HP, dan seterusnya, pasti sama. Perbedaannya adalah keinginan.
Keluarga
yang satu mungkin memiliki keinginan yang tidak ada batasnya,
sementara
keluarga yag satu lagi tidak. Bisa juga dua keluarga tersebut memiliki
keinginan
yang sama banyaknya, tapi keluarga yang satu bisa mengendalikannya
sehingga
bisa memiliki tabungan dan deposito. Sebaliknya, keluarga yang satunya
lagi
tidak bisa mengendalikan keinginan sehingga tidak bisa memiliki tabungan
dan
deposito.
Apa
beda kebutuhan dan keinginan?
Dari
segi bahasa, “butuh adalah kata sifat yang menunjukkan bahwa Anda
memang
harus melakukan satu hal (apa pun itu) karena memang di-“butuh”-kan.
Misalnya,
membayar ini atau membayar itu yang memang menjadi kebutuhan.
Sebaliknya,
“ingin” menunjukkan bahwa tindakan yang Anda lakukan lebih
karena
Anda memang meng-“ingin”-kannya.
Pada
kenyataannya, “butuh” dan “ingin” juga memiliki perbedaan-perbedaan lain
yang
sering kali tidak kita sadari sehingga kita sering melanggarnya. Pertama,
“butuh”
adalah satu hal yang harus kita prioritaskan, sementara “ingin” bisa
dilakukan
dilakukan setelah yang “butuh” terpenuhi.
Namun
faktanya, kebanyakan kita sering kali memakai gaji untuk hal-hal yang
memang
kita “inginkan” terlebih dahulu sebelum membeli hal-hal yang kita
“butuhkan”.
Jadi, pantas saja banyak orang yang sudah kehabisan uang bahkan
sebelum
mereka membeli kebutuhan-kebutuhannya. Ini terjadi karena mereka
mendahulukan
keinginan daripada kebutuhan.
Kedua,
“butuh” umumnya ada batasnya, tapi “ingin” biasanya tidak. Kebutuhan
membeli
sembako, membayar transportasi, pulsa HP, pasti ada batasan rupiahnya,
jumlahnya
pasti segitu-gitu saja. Akan tetapi, “ingin”, biasanya tidak ada
batasnya.
Apa pun yang Anda lihat di toko atau mal saat ini bisa jadi Anda
inginkan.
Bahkan setiap kali Anda datang ke toko atau ke mal, setiap kali itu juga
biasanya
keinginan Anda untuk membeli jadi besar. Tidak ada jaminan bahwa
keinginan
Anda setiap bulan akan terus sama jumlahnya kalau dilihat dari
rupiahnya.
Bisa jadi lebih besar pada bulan tertentu, menurun di bulan depannya,
Atur
Pengeluaran Anda 15
tapi
meningkat dua kali dibanding bulan pertama pada bulan ketiga. Jadi, kenapa
gaji
Anda sering kali habis?
Pada
beberapa kasus adalah karena kita, selain mendahulukan keinginan daripada
kebutuhan,
juga memiliki keinginan tidak terbatas. Padahal, kalau hanya
difokuskan
pada kebutuhan, biasanya gaji Anda cukup.
Ketiga,
“butuh” biasanya tidak selalu Anda “inginkan” dan “ingin” biasanya tidak
selalu
Anda “butuhkan”. Apa pun yang Anda beli karena Anda butuhkan seperti
sembako,
pulsa HP, membayar telepon, listrik, dan seterusnya tidak selalu Anda
inginkan.
Beberapa di antaranya bahkan tidak Anda inginkan sama sekali, tapi
karena
Anda butuh, ya Anda beli. Sebaliknya, barang-barang yang Anda beli
karena
memang “ingin”, kadang-kadang tidak selalu Anda butuhkan, tapi toh
Anda
beli juga karena memang Anda ingin. Baju bagus misalnya (padahal baju
Anda
sudah penuh sampai satu lemari), HP keluaran terbaru, atau hal-hal
semacam
itu.
2. Pilihlah prioritas terlebih
dahulu.
Masih
ingatkah Anda berapa pos pengeluaran yang biasa Anda lakukan setiap
bulan?
Mencapai 20ò 25
pos, bukan? Apa yang harus Anda lakukan adalah
membagi
pos-pos pengeluaran tersebut menjadi 3 kelompok: Biaya Hidup, Cicilan
Utang,
dan Premi Asuransi.
Biaya Hidup adalah semua pos pengeluaran yang biasa Anda lakukan agar
Anda,
keluarga
Anda, serta rumah Anda bisa tetap hidup.
Contohnya
sembako (agar Anda dan keluarga bisa tetap hidup), telepon, listrik,
dan
air (agar rumah Anda bisa tetap hidup), SPP anak dan semacam itu (agar anak
Anda
bisa menjalani hidupnya), dan seterusnya.
Cicilan Utang adalah semua pos pembayaran utang yang biasa Anda lakukan
setiap
bulan, seperti pembayaran cicilan rumah, cicilan kendaraan, cicilan kartu
kredit,
dan seterusnya.
Premi Asuransi adalah semua pengeluaran yang Anda lakukan untuk membayar
pengeluaran-pengeluaran
asuransi Anda, seperti asuransi jiwa, asuransi kesehatan,
atau
asuransi kerugian, seperti asuransi rumah dan asuransi kendaraan.
BIAYA HIDUP CICILAN UTANG PREMI
ASURANSI
Telepon
Listrik
Air
Sembako
Kebutuhan
Rumah
Tangga
(sabun, odol,
dan
lain-lain)
Iuran
Sampah dan
Lingkungan
Iuran
Arisan
Pulsa
HP
Transportasi
(bensin
dan
parkir/kendaraan
umum)
Cicilan
Rumah
Cicilan
Mobil
Cicilan
Motor
Asuransi
Jiwa
Asuransi
Pendidikan
Asuransi
Kesehatan
Asuransi
Kendaraan
Asuransi
Rumah
Atur
Pengeluaran Anda 16
Kesehatan
(vitamin,
dan
lain-lain)
Perawatan
Kendaraan
SPP
Anak
Kursus
Anak
Uang
Saku Anak
Buku-buku
untuk Anak
Langganan
Koran
Beli
Buku
……………………….
Kalau
saya mengatakan bahwa Anda mempunyai tiga kelompok pengeluaran dan
Anda
harus memilih satu saja yang harus Anda prioritaskan, kelompok mana yang
Anda
pilih?
Pasti
jawaban Anda adalah Biaya Hidup. Betul?
Anda
Salah!
Biaya
hidup memang penting, tapi ingat bahwa pos Biaya Hidup itu banyak
sekali.
Kebanyakan pos dalam kelompok Biaya Hidup tidak akan bermasalah
kalau
pembayarannya Anda geser selama 3ò 4 hari lebih lambat dari biasanya.
Belanja
bulanan, misalnya. Tidak apa-apa ‘kan kalau Anda menggeser
pembayarannya
lebih lambat 3, 4, 5 hari? Makanya jangan melakukan Belanja
Bulanan
saat semua kebutuhan Anda habis.
Jadi,
apa yang sebaiknya diprioritaskan dari tiga kelompok tadi? Saran saya,
Cicilan
Utang!
Kenapa?
Pertama, jumlah pos dalam kelompok Cicilan Utang di sebuah keluarga
biasanya
tidak sebanyak jumlah pos dalam kelompok Biaya Hidup. Kalaupun
Anda
mempunyai utang paling banter Cicilan Utang Anda tidak sampai 5 atau 7
pos:
cicilan rumah, cicilan motor, cicilan mobil, dan kartu kredit kalau Anda nyicil
…
Kedua,
pos Cicilan Utang biasanya mempunyai akibat tersendiri kalau Anda tidak
membayarnya.
Apa itu? Denda! Biasanya denda dihitung per hari. Selain itu,
saldo
utang yang belum Anda bayar hanya gara-gara telat sering kali akan kena
bunga
lagi. Padahal, Anda hanya telat bayar beberapa hari.
Setelah
Anda membayar Cicilan Utang, prioritas kedua ialah menggunakan gaji
Anda
untuk membayar pos-pos Premi Asuransi. Kenapa?
Kalau
Anda telat membayar Premi Asuransi, proteksi yang Anda miliki dari
program
asuransi bisa hilang. Bukan satu dua kali saya mendengar banyak
nasabah
yang tidak dibayarkan klaim asuransinya gara-gara preminya terlambat
dibayar.
Padahal, hanya terlambat beberapa hari. Jadi, setelah menggunakan gaji
untuk
membayar Cicilan Utang, gunakanlah untuk membayar Premi Asuransi.
Nah,
prioritas ketiga, barulah membayar pos-pos dalam kelompok Biaya Hidup.
Atur
Pengeluaran Anda 17
Dijadikan
prioritas ketiga bukan berarti Biaya Hidup tidak penting, tapi karena
Anda
ingin mendahulukan kelompok-kelompok pengeluaran lain yang memang
“berbahaya”
kalau telat bayar.
Jadi,
urutan prioritas yang saya sarankan ialah Cicilan
Utang, kemudian Premi
Asuransi, dan terakhir Biaya
Hidup.
3. Ketahui cara yang baik dalam
mengeluarkan uang untuk setiap pos
pengeluaran
Masih
ingatkah Anda ketika saya meminta Anda menuliskan pos-pos
pengeluaran?
Nah, hal ketiga yang harus anda lakukan adalah mengetahui cara
yang
baik dalam mengeluarkan uang untuk setiap pos tersebut.
Pos-pos
pengeluaran Anda sampai 20-an; telepon, listrik, air, sembako, iuran
arisan,
transportasi, dan lain-lain. Nah, yang harus Anda lakukan adalah
mengetahui
cara yang baik dalam mengeluarkan uang untuk pembayarannya.
Contohnya,
Anda harus mengetahui cara yang baik dalam menggunakan telepon
agar
pembayaran Anda di Akhir bulan tidak mahal. Misalnya, pakailah telepon
seperlunya,
hati-hati dengan penggunaan internet, jangan sering menghubungi
handphone kalau tidak perlu. Oke, kita bicara tentang listrik. Anda juga harus tahu
bagaimana
menggunakan listrik agar pembayaran Anda tidak mahal. Misalnya,
matikan
alat elektronik kalau Anda memang sedang tidak memakainya, kurangi
pemakaian
alat elektronik secara bersamaan pada waktu tertentu, ganti lampu
yang
boros dengan lampu hemat energi, dan seterusnya.
Kita
tidak membahas semua pos pengeluaran karena akan banyak memboroskan
waktu.
Satu hal yang ingin saya tekankan disini: bila Anda ingin mengetahui cara
yang
baik dalam mengeluarkan uang untuk setiap pos pengeluaran, lakukan satu
kata
yang sudah sering kita dengar selama hidup kita. Apa itu?
Penghematan.
Selama
bertahun-tahun, saya mempunyai pemahaman yang salah dengan kata
“berhemat”.
Kenapa?
Buat saya, berhemat sering kali identik dengan hidup menderita. Bukan
satu
dua kali saya mendengar orang bilang, “Kalau mau hemat, jalan kaki aja …”.
Itulah
kalimat yang sering dipakai untuk menggambarkan bagaimana image orang
tentang
kata hemat. Ibaratnya, kalau Anda biasa berkendaraan sendiri dari rumah
ke
tempat kerja, sekarang Anda nggak
usah membawa kendaraan kalau mau
hemat,
jalan kaki aja.
Beberapa
tahun terakhir, saya baru menyadari bahwa pemahaman saya terhadap
kata
“hemat” tenyata nggak benar. Hemat, adalah mencari cara agar Anda bisa
mengeluarkan
uang yang lebih sedikit untuk bisa mencapai tujuan yang sama.
Misalnya,
Anda akan pergi dari Jakarta ke Medan dengan pesawat. Anda tahu
harga
tiket pesawat dari airline tertentu, dari Jakarta ke Medan, katakanlah Rp.700
ribu.
Anda ingin berhemat. Pemahaman orang tentang penghematan biasanya
mengganti
perjalanan pesawat tersebut dengan menggunakan perjalanan darat.
Naik
mobil, misalnya, atau naik bus eksekutif, yang berarti Anda harus
menghabiskan
waktu lebih dari 24 jam di perjalanan.
Atur
Pengeluaran Anda 18
Tenyata
yang benar, penghematan bisa juga Anda lakukan dengan mencari
alternatif
maskapai penerbangan lain, yang siapa tahu bisa memberikan harga
lebih
murah. Jadi, Anda tetap naik pesawat dan tetap menempuh jam perjalanan
yang
sama (kurang lebih 2 jam), tetapi dengan harga lebih murah. Dari sinilah
saya
lalu membuat kalimat sederhana yang sering saya munculkan ketika saya
seminar:
“Ketika Anda berhemat, berhematlah secara kreatif, bukan menderita
…”.
Jadi,
berhematlah. Dengan mengetahui cara berhemat, Anda bisa mengetahui dan
mencari
tip mengeluarkan uang secara bijak untuk setiap pos pengeluaran.