KIAT NO. 2

blogger templates


Atur Pengeluaran Anda
Sekarang, kita coba melakukan satu permainan lagi. Ambil kertas, kemudian
lakukan satu hal berikut.
Tulis pos-pos pengeluaran yang biasa Anda lakukan setiap bulan, misalnya biaya
telepon, listrik, air, sembako, dan seterusnya.
POS-POS PENGELUARAN
…………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………….
Tulis sebanyak mungkin pos pengeluaran yang biasa Anda lakukan setiap bulan. Saya
beri waktu 10 menit.
Sekarang, mari kita bayangkan apa saja kira-kira yang menjadi pos pengeluaran Anda
selama ini.
POS-POS PENGELUARAN
Telepon
Listrik
Air
Sembako
Kebutuhan Rumah Tangga (sabun, odol, dan lain-lain)
Iuran Sampah & Lingkungan
Iuran Arisan
Pulsa HP
Transportasi (bensin dan parkir/kendaraan umum)
Kesehatan (vitamin, dan lain-lain)
Perawatan Kendaraan
SPP Anak
Kursus Anak
Atur Pengeluaran Anda 12
Uang Saku Anak
Buku-buku untuk Anak
Langganan Koran
Cicilan Rumah
Cicilan Kendaraan
Premi Asuransi
Beli Buku
…………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………….
Hitunglah banyaknya pos pengeluaran yang sudah Anda tulis. Hitung dari atas ke
bawah. Pada contoh diatas, jumlahnya ada 20.
Sekali lagi, rata-rata setiap bulan pengeluaran Anda mencapai 20 pos, bisa saja lebih.
Anggap saja pengeluaran Anda 20ò 25 pos setiap bulannya.
Pertanyaan saya sederhana: kalau pengeluaran Anda mencapai 20ò 25 pos setiap
bulannya, berapa pos pemasukkan Anda setiap bulan; 1 pos? 2 pos? Atau 3 pos?
Mungkin 3 pos saja sudah sangat bagus.
***
Banyak di antara kita tidak menyadari bahwa penghasilan kita yang hanya 1ò 2 pos
setiap bulan harus digunakan untuk membayar pengeluaran yang mencapai 20ò25
pos. Bahkan, kalau mau jujur, pengeluaran sering kali jauh lebih banyak kalau kita
mempunyai keinginan yang kadang timbul secara mendadak.
Menariknya, karena 1ò 2 pos pemasukan sering kali harus membayar 20ò 25 pos
setiap bulan, sejumlah masalah sering muncul. Masalah pertama, sering kali tidak
semua pos pengeluaran bisa terbayar. Masalah kedua, karena tidak semua pos
pengeluaran bisa terbayar, Anda mulai ngotot untuk tetap membayarnya sehingga
terjadilah defisit; uang keluar Anda lebih besar daripada uang yang masuk. Oleh
karena itu, kita sering kali harus mengambil tabungan. Masalah ketiga, kalau terusmenerus
diambil setiap bulan, tabungan kita akan habis. Disinilah mulai muncul
masalah keempat: utang. Anda akan menggunakan semua fasilitas utang yang ada di
sekitar Anda untuk menutupi defisit. Kalau utang Anda sudah banyak, mulailah
menjual barang-barang Anda. Kalau barang-barang itu habis, mulailah timbul
masalah-masalah yang sangat besar.
Perhatikan bagan berikut!
… tabungan
habis
… kebanyakan
utang
… barangbarang
habis
Jual barang/aset
MASALAH BESAR
PERILAKU ORANG KETIKA
MENGALAMI DEFISIT
Mengambil Tabungan
Berutang
Atur Pengeluaran Anda 13
Apa saja masalah besarnya? Banyak! Perceraian, percekcokan, harga diri turun
drastis, dan sebagainya. Mungkin Anda merasa bahwa harga diri Anda mulai turun
sejak Anda mulai menjual barang dan aset untuk menutupi utang.
“Defisit bisa menyebabkan berbagai masalah, termasuk pertengkaran antara suami
istri. Oleh karena itu, cobalah untuk tidak mengalami defisit karena defisit adalah
sumber dari segala sumber masalah.”
Kesimpulannya? Jangan sampai ada defisit! Jangan sampai pengeluaran Anda lebih
besar daripada pemasukan.
Caranya?
Atur pengeluaran Anda!
Oleh karena pengeluaran setiap orang berbeda, dan saya tidak mungkin mengetahui
berapa besar pengeluaran Anda, saya akan berikan tiga hal yang harus Anda
perhatikan dalam mengatur pengeluaran.
Oleh karena pengeluaran setiap orang berbeda, dan saya tidak mungkin mengetahui
berapa besar pengeluaran Anda, saya akan berikan tiga hal yang harus Anda
perhatikan dalam mengatur pengeluaran.
1. Bedakan kebutuhan dan keinginan.
2. Pilihlah prioritas terlebih dahulu.
3. Ketahui cara yang baik dalam mengeluarkan uang untuk setiap pos
pengeluaran.
1. Bedakan kebutuhan dan keinginan
Pernahkah Anda melihat orang yang profilnya persis sama dengan Anda? Oke,
katakan saja Anda seorang wanita berusia 30-an. Anda seorang ibu rumah tangga.
Suami anda berusia 35 tahun, ganteng, dan bekerja di sebuah perusahaan besar
sebagai manajer. Anda dikaruniai dua orang anak; satu masih duduk di kelas 1 SD
dan yang satu lagi di TK. Anda tinggal di pinggiran sebuah kota yang cukup besar
di Jawa. Katakan saja penghasilan Anda sekeluarga sekitar sekian juta rupiah
sebulan.
Menariknya, Anda melihat ada seorang wanita yang profilnya sama seperti Anda.
Berumur sekitar 30-an, ibu rumah tangga, suami berusia 37 tahun yang bekerja
sebagai manajer senior dengan penghasilan kurang lebih sama dengan keluarga
Anda. Mereka juga dikaruniai dua orang anak, yang pertama kelas 3 SD dan yang
kedua mau masuk SD. Tempat tinggal mereka pun ternyata tidak jauh dari area
Anda.
Apa yang membuat penasaran, keluarga yang Anda lihat ituò walaupun
berpenghasilan kurang lebih sama dengan keluarga Andaò bisa memiliki gaya
hidup yang serba berkecukupan. Tidak mewah, tapi cukup. Mereka sepertinya
Atur Pengeluaran Anda 14
tidak pernah kehabisan uang setiap tanggal 20 , bisa mempunyai reksadana, dan
selalu bisa membayar pengeluaran-pengeluarannya. Sementara keluarga Anda,
baru tanggal berapa, uang sudah habis; rasanya penghasilan Anda tidak pernah
cukup.
Pertanyaannya sekarang, kok bisa? Apa sih yang membedakan?
Pengalaman saya, kalau dua keluarga memiliki penghasilan kurang lebih sama,
usia sama, semua profilnya sama, tapi yang satu selalu bisa hidup berkecukupan
sementara keluarga yang satu lagi tidak, biasanya keadaan ini disebabkan oleh
perbedaan keinginan. Sekali lagi, perbedaan keinginan, bukan perbedaan
kebutuhan.
“Bedakan antara kebutuhan dan keinginan”
Ya, kebutuhan dua keluarga tersebut kurang lebih sama. Sembako, transportasi,
telepon, pulsa HP, dan seterusnya, pasti sama. Perbedaannya adalah keinginan.
Keluarga yang satu mungkin memiliki keinginan yang tidak ada batasnya,
sementara keluarga yag satu lagi tidak. Bisa juga dua keluarga tersebut memiliki
keinginan yang sama banyaknya, tapi keluarga yang satu bisa mengendalikannya
sehingga bisa memiliki tabungan dan deposito. Sebaliknya, keluarga yang satunya
lagi tidak bisa mengendalikan keinginan sehingga tidak bisa memiliki tabungan
dan deposito.
Apa beda kebutuhan dan keinginan?
Dari segi bahasa, “butuh adalah kata sifat yang menunjukkan bahwa Anda
memang harus melakukan satu hal (apa pun itu) karena memang di-“butuh”-kan.
Misalnya, membayar ini atau membayar itu yang memang menjadi kebutuhan.
Sebaliknya, “ingin” menunjukkan bahwa tindakan yang Anda lakukan lebih
karena Anda memang meng-“ingin”-kannya.
Pada kenyataannya, “butuh” dan “ingin” juga memiliki perbedaan-perbedaan lain
yang sering kali tidak kita sadari sehingga kita sering melanggarnya. Pertama,
“butuh” adalah satu hal yang harus kita prioritaskan, sementara “ingin” bisa
dilakukan dilakukan setelah yang “butuh” terpenuhi.
Namun faktanya, kebanyakan kita sering kali memakai gaji untuk hal-hal yang
memang kita “inginkan” terlebih dahulu sebelum membeli hal-hal yang kita
“butuhkan”. Jadi, pantas saja banyak orang yang sudah kehabisan uang bahkan
sebelum mereka membeli kebutuhan-kebutuhannya. Ini terjadi karena mereka
mendahulukan keinginan daripada kebutuhan.
Kedua, “butuh” umumnya ada batasnya, tapi “ingin” biasanya tidak. Kebutuhan
membeli sembako, membayar transportasi, pulsa HP, pasti ada batasan rupiahnya,
jumlahnya pasti segitu-gitu saja. Akan tetapi, “ingin”, biasanya tidak ada
batasnya. Apa pun yang Anda lihat di toko atau mal saat ini bisa jadi Anda
inginkan. Bahkan setiap kali Anda datang ke toko atau ke mal, setiap kali itu juga
biasanya keinginan Anda untuk membeli jadi besar. Tidak ada jaminan bahwa
keinginan Anda setiap bulan akan terus sama jumlahnya kalau dilihat dari
rupiahnya. Bisa jadi lebih besar pada bulan tertentu, menurun di bulan depannya,
Atur Pengeluaran Anda 15
tapi meningkat dua kali dibanding bulan pertama pada bulan ketiga. Jadi, kenapa
gaji Anda sering kali habis?
Pada beberapa kasus adalah karena kita, selain mendahulukan keinginan daripada
kebutuhan, juga memiliki keinginan tidak terbatas. Padahal, kalau hanya
difokuskan pada kebutuhan, biasanya gaji Anda cukup.
Ketiga, “butuh” biasanya tidak selalu Anda “inginkan” dan “ingin” biasanya tidak
selalu Anda “butuhkan”. Apa pun yang Anda beli karena Anda butuhkan seperti
sembako, pulsa HP, membayar telepon, listrik, dan seterusnya tidak selalu Anda
inginkan. Beberapa di antaranya bahkan tidak Anda inginkan sama sekali, tapi
karena Anda butuh, ya Anda beli. Sebaliknya, barang-barang yang Anda beli
karena memang “ingin”, kadang-kadang tidak selalu Anda butuhkan, tapi toh
Anda beli juga karena memang Anda ingin. Baju bagus misalnya (padahal baju
Anda sudah penuh sampai satu lemari), HP keluaran terbaru, atau hal-hal
semacam itu.
2. Pilihlah prioritas terlebih dahulu.
Masih ingatkah Anda berapa pos pengeluaran yang biasa Anda lakukan setiap
bulan? Mencapai 20ò 25 pos, bukan? Apa yang harus Anda lakukan adalah
membagi pos-pos pengeluaran tersebut menjadi 3 kelompok: Biaya Hidup, Cicilan
Utang, dan Premi Asuransi.
Biaya Hidup adalah semua pos pengeluaran yang biasa Anda lakukan agar Anda,
keluarga Anda, serta rumah Anda bisa tetap hidup.
Contohnya sembako (agar Anda dan keluarga bisa tetap hidup), telepon, listrik,
dan air (agar rumah Anda bisa tetap hidup), SPP anak dan semacam itu (agar anak
Anda bisa menjalani hidupnya), dan seterusnya.
Cicilan Utang adalah semua pos pembayaran utang yang biasa Anda lakukan
setiap bulan, seperti pembayaran cicilan rumah, cicilan kendaraan, cicilan kartu
kredit, dan seterusnya.
Premi Asuransi adalah semua pengeluaran yang Anda lakukan untuk membayar
pengeluaran-pengeluaran asuransi Anda, seperti asuransi jiwa, asuransi kesehatan,
atau asuransi kerugian, seperti asuransi rumah dan asuransi kendaraan.
BIAYA HIDUP CICILAN UTANG PREMI ASURANSI
Telepon
Listrik
Air
Sembako
Kebutuhan Rumah
Tangga (sabun, odol,
dan lain-lain)
Iuran Sampah dan
Lingkungan
Iuran Arisan
Pulsa HP
Transportasi (bensin
dan parkir/kendaraan
umum)
Cicilan Rumah
Cicilan Mobil
Cicilan Motor
Asuransi Jiwa
Asuransi Pendidikan
Asuransi Kesehatan
Asuransi Kendaraan
Asuransi Rumah
Atur Pengeluaran Anda 16
Kesehatan (vitamin,
dan lain-lain)
Perawatan Kendaraan
SPP Anak
Kursus Anak
Uang Saku Anak
Buku-buku untuk Anak
Langganan Koran
Beli Buku
……………………….
Kalau saya mengatakan bahwa Anda mempunyai tiga kelompok pengeluaran dan
Anda harus memilih satu saja yang harus Anda prioritaskan, kelompok mana yang
Anda pilih?
Pasti jawaban Anda adalah Biaya Hidup. Betul?
Anda Salah!
Biaya hidup memang penting, tapi ingat bahwa pos Biaya Hidup itu banyak
sekali. Kebanyakan pos dalam kelompok Biaya Hidup tidak akan bermasalah
kalau pembayarannya Anda geser selama 3ò 4 hari lebih lambat dari biasanya.
Belanja bulanan, misalnya. Tidak apa-apa ‘kan kalau Anda menggeser
pembayarannya lebih lambat 3, 4, 5 hari? Makanya jangan melakukan Belanja
Bulanan saat semua kebutuhan Anda habis.
Jadi, apa yang sebaiknya diprioritaskan dari tiga kelompok tadi? Saran saya,
Cicilan Utang!
Kenapa? Pertama, jumlah pos dalam kelompok Cicilan Utang di sebuah keluarga
biasanya tidak sebanyak jumlah pos dalam kelompok Biaya Hidup. Kalaupun
Anda mempunyai utang paling banter Cicilan Utang Anda tidak sampai 5 atau 7
pos: cicilan rumah, cicilan motor, cicilan mobil, dan kartu kredit kalau Anda nyicil
Kedua, pos Cicilan Utang biasanya mempunyai akibat tersendiri kalau Anda tidak
membayarnya. Apa itu? Denda! Biasanya denda dihitung per hari. Selain itu,
saldo utang yang belum Anda bayar hanya gara-gara telat sering kali akan kena
bunga lagi. Padahal, Anda hanya telat bayar beberapa hari.
Setelah Anda membayar Cicilan Utang, prioritas kedua ialah menggunakan gaji
Anda untuk membayar pos-pos Premi Asuransi. Kenapa?
Kalau Anda telat membayar Premi Asuransi, proteksi yang Anda miliki dari
program asuransi bisa hilang. Bukan satu dua kali saya mendengar banyak
nasabah yang tidak dibayarkan klaim asuransinya gara-gara preminya terlambat
dibayar. Padahal, hanya terlambat beberapa hari. Jadi, setelah menggunakan gaji
untuk membayar Cicilan Utang, gunakanlah untuk membayar Premi Asuransi.
Nah, prioritas ketiga, barulah membayar pos-pos dalam kelompok Biaya Hidup.
Atur Pengeluaran Anda 17
Dijadikan prioritas ketiga bukan berarti Biaya Hidup tidak penting, tapi karena
Anda ingin mendahulukan kelompok-kelompok pengeluaran lain yang memang
“berbahaya” kalau telat bayar.
Jadi, urutan prioritas yang saya sarankan ialah Cicilan Utang, kemudian Premi
Asuransi, dan terakhir Biaya Hidup.
3. Ketahui cara yang baik dalam mengeluarkan uang untuk setiap pos
pengeluaran
Masih ingatkah Anda ketika saya meminta Anda menuliskan pos-pos
pengeluaran? Nah, hal ketiga yang harus anda lakukan adalah mengetahui cara
yang baik dalam mengeluarkan uang untuk setiap pos tersebut.
Pos-pos pengeluaran Anda sampai 20-an; telepon, listrik, air, sembako, iuran
arisan, transportasi, dan lain-lain. Nah, yang harus Anda lakukan adalah
mengetahui cara yang baik dalam mengeluarkan uang untuk pembayarannya.
Contohnya, Anda harus mengetahui cara yang baik dalam menggunakan telepon
agar pembayaran Anda di Akhir bulan tidak mahal. Misalnya, pakailah telepon
seperlunya, hati-hati dengan penggunaan internet, jangan sering menghubungi
handphone kalau tidak perlu. Oke, kita bicara tentang listrik. Anda juga harus tahu
bagaimana menggunakan listrik agar pembayaran Anda tidak mahal. Misalnya,
matikan alat elektronik kalau Anda memang sedang tidak memakainya, kurangi
pemakaian alat elektronik secara bersamaan pada waktu tertentu, ganti lampu
yang boros dengan lampu hemat energi, dan seterusnya.
Kita tidak membahas semua pos pengeluaran karena akan banyak memboroskan
waktu. Satu hal yang ingin saya tekankan disini: bila Anda ingin mengetahui cara
yang baik dalam mengeluarkan uang untuk setiap pos pengeluaran, lakukan satu
kata yang sudah sering kita dengar selama hidup kita. Apa itu?
Penghematan.
Selama bertahun-tahun, saya mempunyai pemahaman yang salah dengan kata
“berhemat”.
Kenapa? Buat saya, berhemat sering kali identik dengan hidup menderita. Bukan
satu dua kali saya mendengar orang bilang, “Kalau mau hemat, jalan kaki aja …”.
Itulah kalimat yang sering dipakai untuk menggambarkan bagaimana image orang
tentang kata hemat. Ibaratnya, kalau Anda biasa berkendaraan sendiri dari rumah
ke tempat kerja, sekarang Anda nggak usah membawa kendaraan kalau mau
hemat, jalan kaki aja.
Beberapa tahun terakhir, saya baru menyadari bahwa pemahaman saya terhadap
kata “hemat” tenyata nggak benar. Hemat, adalah mencari cara agar Anda bisa
mengeluarkan uang yang lebih sedikit untuk bisa mencapai tujuan yang sama.
Misalnya, Anda akan pergi dari Jakarta ke Medan dengan pesawat. Anda tahu
harga tiket pesawat dari airline tertentu, dari Jakarta ke Medan, katakanlah Rp.700
ribu. Anda ingin berhemat. Pemahaman orang tentang penghematan biasanya
mengganti perjalanan pesawat tersebut dengan menggunakan perjalanan darat.
Naik mobil, misalnya, atau naik bus eksekutif, yang berarti Anda harus
menghabiskan waktu lebih dari 24 jam di perjalanan.
Atur Pengeluaran Anda 18
Tenyata yang benar, penghematan bisa juga Anda lakukan dengan mencari
alternatif maskapai penerbangan lain, yang siapa tahu bisa memberikan harga
lebih murah. Jadi, Anda tetap naik pesawat dan tetap menempuh jam perjalanan
yang sama (kurang lebih 2 jam), tetapi dengan harga lebih murah. Dari sinilah
saya lalu membuat kalimat sederhana yang sering saya munculkan ketika saya
seminar: “Ketika Anda berhemat, berhematlah secara kreatif, bukan menderita
…”.
Jadi, berhematlah. Dengan mengetahui cara berhemat, Anda bisa mengetahui dan
mencari tip mengeluarkan uang secara bijak untuk setiap pos pengeluaran.