Design Human Engineering (DHE)

blogger templates


Pada saat tulisan ini dibuat, saya baru saja menyelesaikan training Design Human Engineering (DHE) yang diberikan
langsung oleh penciptanya, yaitu Dr. Richard Bandler. Kebetulan saya mendapat kesempatan yang sangat berharga untuk
berbincang empat mata langsung dengan beliau.
Background saya di bidang Neuro-Linguistic Programming (NLP) membawa saya untuk menggali lebih jauh mengenai
kaitan antara NLP dengan DHE. Hal ini sangat menggelitik saya karena dalam benak saya sebelumnya adalah bahwa
DHE ini adalah the next NLP atau generasi berikutnya dari NLP. Sehubungan dengan ini, pertanyaan saya yang pertama
kepada Dr. Richard Bandler adalah “Apakah DHE ini adalah the next NLP?” Dan, Dr. Richard Bandler mengatakan
bahwa “DHE is not the next NLP. Actually, it is the opposite of NLP”. Dari hasil jawaban ini membuat saya makin
penasaran ingin mengetahui jawaban tentang DHE lebih lanjut dan dengan sabar serta antusias Dr. Richard Bandler
menjelaskan mengenai DHE ini. Dan penjelasan ini berlanjut sampai di kelas.
Ternyata apa yang dijelaskan oleh Dr. Richard Bandler adalah benar bahwa DHE adalah berkebalikan dengan NLP.
Menurut beliau, NLP lebih menekankan pada strategy elicitation (mencari tahu strategi sukses seseorang) dan
meng-install strategy tersebut dalam diri sendiri atau orang lain. Sedangkan DHE lebih fokus pada cara menggunakan
otak kearah yang paling maksimal. Namun demikian, DHE sangat kental dengan nuansa NLP karena DHE tetap
menggunakan NLP sebagai underlying atau platform-nya.
Setiap peserta pada akhir training akan menghasilkan “mesin” dalam pikirannya yang mana “mesin” ini dapat digunakan
dalam kesempatan apapun yang diinginkan sehingga ia dapat selalu berada dalam state atau keadaan yang penuh dengan
sumber daya untuk “live to the fullest”. “Mesin pikiran” ini adalah sebuah studio yang sangat luar biasa yang dilengkapi
dengan segala instrumen yang diinginkan berikut dengan control panel-nya dengan kemampuan menciptakan, mengubah,
memaksimalkan, dan lain sebagainya atas gambar, suara, perasaan, penciuman, dan pengecapan (VAKOG) dalam
pikirannya sehingga tercipta suatu resourceful state yang ideal. Dimana penggunaan “mesin pikiran” ini sangat
melibatkan submodality (isi detail VAKOG) dari pikiran setiap peserta.
Sebagai ilustrasi, biasanya orang yang tidak terlatih cenderung akan tenggelam dalam arus suasana hatinya. Ambil contoh
keadaan tidak termotivasi (unmotivated state). Dapat dipastikan isi representasi internal yang terdapat dalam pikiran
orang tersebut akan menghasilkan gambar, suara, dan perasaan yang tidak membuat orang tersebut termotivasi. Misal,
gambar yang buram, suara yang mengatakan “Ah, hidup memang begini-begini saja”, dan perasaan yang tidak
bersemangat. Dengan menggunakan teknik-teknik dalam DHE maka seseorang yang sudah terlatih dapat segera
melakukan penyesuaian dalam pikirannya dengan cara mengubah Visual, Auditory, dan Kinethetic berikut dengan kualitas
visual (jarak, warna, ukuran, dimensi, dsb), auditory (tempo, tone, speed, dsb), dan kinesthetic (location, texture, pressure,
dsb).
Sebagai tips penutup dari artikel ini, setiap saat usahakan untuk senantiasa menyadari pikiran yang terus bergerak. Dan,
dalam konteks hidup yang sukses dan bahagia gunakanlah representasi internal dalam pikiran kita dengan gambar, suara,
dan perasaan (VAK) yang resourceful (bersumber daya). Apabila VAK-nya tidak membawa kita ke keadaan yang
resourceful maka gantilah VAK tersebut dan ubahlah kualitas submodality VAK tersebut dengan VAK dan submodality
yang penuh sumber daya.
Semoga bermanfaat.