Detak
kehidupan kita sepanjang waktu, mau tidak mau kita akui, tidak pernah terlepas dengan
kebutuhan akan uang. Pagi hari para istri sudah harus memutar otak memikirkan
belanja apa hari ini untuk menu makan keluarga. Tidak hanya sebatas menunya,
namun juga harus disesuaikan dengan anggaran dana yang ada hari ini. Belum lagi
anak sekolah yang butuh uang transport. Tidak sampai di situ, anak yang mau
berangkat sekolah pun merengek minta uang jajan. Karena ibu yang baik tidak
membolehkan anak-anak jajan di sembarang tempat, akhirnya disiasati untuk
membawakan bekal snack dari rumah. Siasat ini pun tetap memerlukan dana.
Kemudian sang ayah pun tengah bersiap berangkat kerja. Untuk apakah sang ayah
berangkat kerja? Untuk memenuhi kewajibannya menafkahi keluarga. Kehidupan pun
berjalan….dengan kisah masing-masing….
Kita sadari
atau tidak, sebagian besar waktu para ayah, habis di tempat mereka bekerja.
Ketika fajar menyingsing, para ayah sudah siap-siap untuk berangkat ke tempat
kerjanya. Terkadang sang ayah tak sempat untuk menyapa hangat anaknya. Mungkin
sang anak masih terlelap atau sedang sibuk persiapan berangkat sekolah. Ayah
pulang pun, hari telah petang. Atau bahkan larut malam. Karena kesibukan
pekerjaan yang sedemikian padat. Ini pun dialami juga oleh ibu bekerja.
Fenomena ibu bekerja sudah biasa seiring perkembangan jaman dimana kebutuhan
manusia semakin kompleks. Lalu mengapa sang ayah dan ibu melakukan hal
demikian? Karena tanggung jawab menafkahi keluarga…
Bisa kita
bayangkan berapa besar waktu yang kita sediakan untuk anak, orang tua atau
untuk pasangan kita? Ternyata waktu yang ada adalah sisa waktu dari waktu kita
yang habis untuk pekerjaan kita. Dan ternyata energi kita untuk keluarga kita
adalah sisa energi yang terkuras setelah bergulat dengan pekerjaan kita.
Pekerjaan untuk apa? Untuk mendapatkan sejumlah uang yang akan kita gunakan
untuk kehidupan dan kesejahteraan keluarga kita.
Betapa besar
pengorbanan yang kita lakukan untuk menafkahi keluarga kita. Namun tanpa
disadari, pengorbanan yang akhirnya menghasilkan sejumlah uang yang diterima
per bulan atau pertahun dalam bentuk gaji, bonus, keuntungan ternyata dengan
cepat habis untuk pemenuhan kebutuhan. Sering kita mendengar candaan tentang
‘tanggal tua’ atau ‘menu akhir bulan’ atau ‘tanggal mengencangkan ikat
pinggang’. Yang artinya ada nuansa yang berbeda ketika penghasilan itu baru
diterima kemudian seiring waktu habis begitu saja.
Apabila kita
renungkan, rasanya tidak sebanding antara pengorbanan kita meninggalkan
keluarga untuk mencari nafkah dengan nilai penghasilan yang kita terima. Namun
apa yang bisa dikata, inilah realita kehidupan yang harus kita jalani. Tentu
saja kita tidak ingin terjebak dalam kesia-siaan. Apakah penghasilan yang kita
terima hanya akan habis sekejap untuk kebutuhan sesaat? Padahal tak selamanya
kita mampu bekerja sekuat saat ini untuk memenuhi kebutuhan hidup kita dan
keluarga. Akan ada fase dimana kita tidak seproduktif saat ini. Sementara
kebutuhan hidup yang memerlukan uang, akan berjalan hingga akhir hayat kita.
Bahkan ketika kita meninggal pun, ada biaya pemakaman yang harus disiapkan.
Karena hal-hal demikianlah maka kita perlu merencanakan tujuan keuangan kita.
Dengan
merencanakan tujuan keuangan, kita akan bisa membedakan antara kebutuhan dan
keinginan. Kita pun akan bisa mengatur skala prioritas alokasi keuangan kita.
Ingat! Uang itu kita dapatkan dengan kerja keras kita. Maka alokasikanlah
sebijak mungkin. Kebutuhan adalah segala sesuatu yang perlu untuk dipenuhi.
Sandang atau pakaian adalah suatu kebutuhan. Namun ketika harga pakaian yang
akan dibeli melebihi kemampuan keuangan, itu bukan lagi kebutuhan namun sebatas
keinginan. Mobil, walaupun harganya mahal, bila keberadaannya bisa membantu
mobilitas aktivitas kita maka akan menjadi kebutuhan.
Kebutuhan
tiap orang atau keluarga berbeda. Maka perencanaan tujuan keuangannya pun tidak
bisa disamakan. Ada keluarga yang cukup memiliki kendaraan roda dua dan untuk
bepergian lebih suka menyewa atau naik kendaraan umum. Sementara ada keluarga
yang membutuhkan kendaraan roda empat bahkan tidak cukup satu kendaraan. Ada
yang merasa perlu anak-anaknya sekolah di luar negeri, ada yang membutuhkan
liburan setiap tahun dan sebagainya.
Perjalanan
kehidupan manusia tidaklah selalu sama setiap saat. Begitu juga kondisi
keuangan kita. Ketika kondisi keuangan kita bagus, kita bisa leluasa
menggunakannya untuk keperluan kita sehari-hari, untuk kebutuhan primer dan non
primer. Namun ketika keuangan kita menghadapi masalah bahkan sangat pelik, bisa
memenuhi kebutuhan primer rasanya sudah untung banget. Boro-boro mikir menabung
apalagi investasi. Malah bisa-bisa asset yang sudah dikumpulkan sedikit demi
sedikit hilang begitu saja.
Maka itu,
mari kita mulai merencanakan tujuan keuangan kita. Agar kita bisa melihat
dengan jelas kekuatan keuangan kita. Agar kita bisa mengatur skala prioritas
keuangan kita. Agar kita bisa segera mengantisipasi bila terjadi masalah
terhadap keuangan kita.