Kemunculan Dajjal
merupakan puncak dari munculnya fitnah paling besar dan
mengerikan di muka bumi ini bagi umat manusia khususnya umat Muslim.
Kemunculannya di akhir zaman, di masa imam Mahdi dan Nabi Isa ‘alaihis
salam, akan banyak mempengaruhi besar bagi umat muslim sehingga banyak
yang mengikutinya kecuali orang-orang yang Allah jaga dari fitnahnya.
Dalam hadits disebutkan :
“
Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di hadapan manusia dan
memuji keagungan Allah, kemudian beliau menyebutkan Dajjal lalu
mengatakan : “ Sesungguhnya aku memperingatkan kalian akan dajjal, tidak
ada satu pun seorang nabi, kecuali telah memperingatkan umatnya akan
dajjal “. (HR. Bukhari : 6705)
Dalam hadits lain, Nabi bersabda :
“ Tidak ada satu pun negeri, kecuali akan didatangi oleh dajjal “. (HR. Bukhari : 1782)
Pada
kesempatan ini, saya tidak menjelaskan sepak terjang dajjal, namun saya
akan sedikit membahas sebagian kaum yang menjadi pengikut dajjal. Dan
kali ini, saya tidak mengungkap semua kaum yang mengikuti dajjal, namun
saya akan menyinggung satu persoalan yang cukup menarik yang telah
diinformasikan oleh nabi bahwa ada kelompok umatnya yang akan menjadi
pengikut setia dajjal, padahal sebelumnya mereka ahli ibadah bahkan
ibadah mereka melebihi ibadah umat Nabi Muhammad lainnya, mereka rajin
membaca al-Quran, sering membawakan hadits Nabi, bahkan mengajak kembali
pada al-Quran. Namun pada akhirnya mereka menjadi pengikut dajjal, apa
yang menyebabkan mereka terpengaruh oleh dajjal dan menjadi pengikut
setianya ? simak uraiannya berikut :
Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“
Sesungguhnya setelah wafatku kelak akan ada kaum yang pandai membaca
al-Quran tetapi tidak sampai melewati kerongkongan mereka. Mereka
membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala, mereka lepas dari
Islam seperti panah yang lepas dari busurnya seandainya (usiaku panjang
dan) menjumpai mereka (kelak), maka aku akan memerangi mereka seperti
memerangi (Nabi Hud) kepada kaum ‘Aad “.(HR. Abu Daud, kitab Al-Adab bab Qitaalul Khawaarij : 4738)
Nabi juga bersabda :
“
Akan ada perselisihan dan perseteruan pada umatku, suatu kaum yang
memperbagus ucapan dan memperjelek perbuatan, mereka membaca Al-Quran
tetapi tidak melewati kerongkongan, mereka lepas dari Islam sebagaimana
anak panah lepas dari busurnya, mereka tidak akan kembali (pada Islam)
hingga panah itu kembali pada busurnya. Mereka seburuk-buruknya makhluk.
Beruntunglah orang yang membunuh mereka atau dibunuh mereka. Mereka
mengajak pada kitab Allah tetapi justru mereka tidak mendapat bagian
sedikitpun dari Al-Quran. Barangsiapa yang memerangi mereka, maka orang
yang memerangi lebih baik di sisi Allah dari mereka “, para sahabat
bertanya “ Wahai Rasul Allah, apa cirri khas mereka? Rasul menjawab “
Bercukur gundul “.(Sunan Abu Daud : 4765)
Nabi juga bersabda :
“
Akan keluar di akhir zaman, suatu kaum yang masih muda, berucap dengan
ucapan sbeaik-baik manusia (Hadits Nabi), membaca Al-Quran tetapi tidak
melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama Islam sebagaimana
anak panah meluncur dari busurnya, maka jika kalian berjumpa dengan
mereka, perangilah mereka, karena memerangi mereka menuai pahala di sisi
Allah kelak di hari kiamat “.(HR. Imam Bukhari 3342)
Dalam hadits lain Nabi bersabda :
“
Akan muncul sekelompok manusia dari arah Timur, yang membaca al-Quran
namun tidak melewati tenggorokan mereka. Tiap kali Qarn (kurun /
generasi) mereka putus, maka muncul generasi berikutnya hingga generasi
akhir mereka akan bersama dajjal “ (Diriwayatkan imam Thabrani di dalam Al-Kabirnya, imam imam Abu Nu’aim di dalam Hilyahnya dan imam Ahmad di dalam musnadnya)
Ketika sayyidina Ali dan para pengikutnya selesai berperang di Nahrawain, seseorang berkata :
“ Alhamdulillah yang telah membinasakan mereka dan mengistirahatkan kita dari mereka “, maka sayyidina Ali menyautinya :
“
Sungguh tidak demikian, demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya,
sesungguhnya akan ada keturunan dari mereka yang masih berada di
sulbi-sulbi ayahnya dan kelak keturunan akhir mereka akan bersama dajjal
“.
Penjelasan :
Dalam
hadits di atas Nabi menginformasikan pada kita bahwasanya akan ada
sekelompok manusia dari umat Nabi yang lepas dari agama Islam
sebagaimana lepasnya anak panah dari busurnya dengan sifat dan ciri-ciri
yang Nabi sebutkan sebagai berikut dalam hadits-haditsnya di atas :
1.
Senantiasa membaca al-Quran, Namun kata Nabi bacaanya tidak sampai
melewati tenggorokannya artinya tidak membawa bekas dalam hatinya.
2. Suka memerangi umat Islam.
3. Membiarkan orang-orang kafir.
4. Memperbagus ucapan, namun parkteknya buruk.
5. Selalu mengajak kembali pada al-Quran, namun sejatinya al-Quran berlepas darinya.
6. Bercukur gundul.
7. Berusia muda.
8. Lemahnya akal.
9. Kemunculannya di akhir zaman.
10. Generasi mereka akan terus berlanjut dan eksis hingga menajdi pengikut dajjal.
Jika
kita mau mengkaji, meneliti dan merenungi data-data hadits di atas dan
melihat realita yang terjadi di tengah-tengah umat akhir zaman ini, maka
sungguh sifat dan cirri-ciri yang telah Nabi sebutkan di atas, telah
sesuai dengan kelompok yang selalu teriak lantang kembali pada al-Quran
dan hadits, kelompok yang senantiasa mempermaslahkan urusan furu’iyyah
ke tengah-tengah umat, kelompok yang mengaku mengikut manhaj salaf,
kelompok yang senantiasa membawakan hadits-hadits Nabi shallahu ‘alaihi
wa sallam yaitu tidak ada lain adalah wahhabi yang sekarang
bermetomorfosis menjadi salafi.
Membaca
al-Quran dan selalu membawakan hadist-hadits Nabi adalah perbuatan baik
dan mulia, namun kenapa Nabi menjadikan hal itu sebagai tanda kaum yang
telah keluar dari agama tersebut?? Tidak ada lain, agar umat ini tidak
tertipu dengan slogan dan perilaku mereka yang seakan-akan membawa
maslahat bagi agama Islam. Ciri mereka yang suka memerangi umat Islam,
tidak samar dan tidak diragukan lagi, sejarah telah mencatat dan
mengakui sejarah berdarah mereka di awal kemuculannnya, ribuan umat
Islam dari kalangan awam maupun ulamanya telah menjadi korban berdarah
mereka hanya karena melakukan amaliah yang mereka anggap perbuatan
syirik dan kufr dan dianggap telah menentang dakwah mereka. Namun dengan
musuh Islam yang sesungguhnya, justru mereka biarkan bahkan hingga saat
ini mereka akrab dengan kaum kafir, adakah sejarahnya mereka memerangi
kaum kafir??
Ciri
berikutnya adalah memperbagus ucapan namun prakteknya buruk, mereka jika
berbicara dengan lawannya selalu mengutarakan ayat-ayat al-Quran dan
hadits, namun ucapanya tersebut tidaklah dinyatakan dalam prakteknya,
kadang mereka membaca mushaf al-Quran pun sambil tiduran tanpa ada
adabnya sama sekali.
Ciri
berikutnya adalah mereka senantiasa berkoar-koar kepada kaum muslimin
lainnya agar kembali pada al-Quran. Tanda mereka ini sangat nyata dan
kentara kita ketahui pada realita saat ini, kaum wahabi selalu teriak
kepada kaum muslimin untuk kembali pada Al-Quran. Ahlus sunnah selalu
mengajak pada Al-Quran karena ajaran mereka memang bersumber dari
Al-Quran, namun kenapa Allah menjadikan sifat ini sebagai tanda pada
kaum neo khawarij (wahabi) ini?? Sebab merekalah satu-satunya kelompok
yang dikenali dikalangan awam yang selalu teriak mengajak pada Al-Quran
sedangkan Al-Quran sendiri berlepas diri dari mereka. Sehingga hal ini
(yad’uuna ilaa kitabillah; mengajak kepada Al-Quran) menjadi tanda atas
kelompok ini bukan pada kelompok khawarij lainnya.
Tanda
mereka adalah bercukur gundul, Hal ini menambah keyakinan kita bahwa
yang dimaksud oleh Nabi dalam tanda ini adalah tidak ada lain kelompok
wahabi. Tidak ada satu pun kelompok ahli bid’ah yang melakukan kebiasaan
dan melazimkan mencukur gundul selain kelompok wahabi ini, mereka
kelompok sesat lainnya hanya bercukur gundul pada saat ibadah haji dan
umrah saja sama seperti kaum muslimin Ahlus sunnah. Namun kelompok
wahabi ini menjadikan mencukur gundul ini suatu kelaziman bagi pengikut
mereka kapan pun dan dimana pun. Bercukur gundul ini pun telah diakui
oleh Tokoh mereka; Abdul Aziz bin Hamd (cucu Muhammad bin Abdul Wahhab)
dalam kitabnya Majmu’ah Ar-Rasaail wal masaail : 578.
Cirri
berikutnya adalah berusia muda dan akalnya lemah, Mereka pada umumnya
masih berusia muda tetapi lemah akalnya, atau itu adalah sebuah kalimat
majaz yang bermakna orang-orang yang kurang berpengalaman atau kurang
berkompetensi dalam memahami Al Qur’an dan As Sunnah. Subyektivitas
dengan daya dukung pemaham yang lemah dalam memahaminya, bahkan
menafsiri ayat-ayat Al-Qur`an dengan mengedepankan fanatik dan emosional
golongan mereka sendiri.
Kemunculan
kaum ini ada di akhir zaman sebagaimana hadits Nabi di atas, kemudian
generasi mereka juga akan terus berlanjut hingga generasi akhir mereka
akan bersama dajjal menjadi pengikut setianya.
Namun
apa yang menyebabkan mereka terpengaruh oleh dajjal dan menjadi pengikut
dajjal ?? berikut kajian dan analisa ilmiyyahnya :
Sebab pertama : Wahabi beraqidahkan tajsim dan tsyabih.
Sudah
maklum dalam kitab-kitab mereka bahwa mereka meyakini Allah itu memiliki
organ-organ tubuh seperti wajah, mata, mulut, hidung, tangan, kaki,
jari dan sebagainya, dan mereka mengatakan bahwa organ tubuh Allah tidak
seperti organ tubuh makhluk-Nya.
Mereka
juga meyakini bahwa Allah bertempat yaitu di Arsy, mereka juga memaknai
istiwa dengan bersemayam dan duduk dan menyatakan semayam dan duduknya
Allah tidak seperti makhluk-Nya. Mereka meyakini Allah turun ke langit
dunia dari atas ke bawah di sepertiga malam terakhir, dan meyakini bahwa
ketika Allah turun maka Arsy kosong dari Allah namun menurut pendapat
kuat mereka Arasy tidak kosong dari Allah. Sungguh mereka telah
memasukkan Allah dalam permainan pikiran mereka yang sakit itu. Dan lain
sebagainya dari pensifatan mereka bahwa Allah berjisim..
Nah,
demikian juga dajjal, renungkanlah kisah dajjal yang disebutkan oleh
Nabi dalam hadts-hadits sahihnya, bahwasanya dajjal itu berjisim,
berorgan tubuh, memiliki batasan, dia berjalan secara hakikatnya, dia
turun secara hakikatnya, dia berlari kecil secara hakikatnya, dia
memiliki kaki secara hakikat, memiliki tangan secara hakikat, memiliki
mata secara hakikat, memiliki wajah secara hakikat dan lain
sebagainya..dan tidak ada lain yang menyebabkan mereka mengakui dajjal
sebagai tuhannya kecuali karena berlebihannya mereka di dalam menetapkan
sifat-sifat Allah tersebut dan memperdalam makna-maknanya hingga sampai
pada derajat tajsim.
Perhatikan dan renungkan sabda Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam berikut :
“
Sesungguhnya aku ceritkan pada kalian tentang dajjal, karena aku
khawatir kalian tidak bisa mengenalinya, sesungguhnya dajjal itu pendek
lagi congkak, ranbutnya keriting (kribo), matanya buta sebelah dan tidak
menonjol dan cengkung, jika kalian masih samar, maka ketahuilah
sesungguhnya Tuhan kalian tidaklah buta sebelah matanya “. (HR. Abu Dawud)
Nabi
benar-benar khawatir umatnya tidak bisa mengenali dajjal, dan Nabi
menyebutkan cirri-ciri dajjal yang semuanya itu bermuara pada jisim, dan
menyebutkan aib-aib yang disepakati oleh kaum musyabbih dan sunni yang
mutanazzih, namun kaum musyabbihah (wahabi-salafi) sangat mendominasi
pada pemikiran tajsimnya sehingga bagi mereka Allah Maha melakukan
apapun, dan Allah maha Mampu atas segala sesuatu, bahkan menurut mereka
kemampuan Allah memungkinkan berkaitan dengan perkara yang mustahil
bagi-Nya yang seharusnya kita sucikan, sehingga berkatalah sebagian
mereka : Bahwa Allah jika berkehendak untuk bersemayam di punggung
nyamuk, maka Allah pun akan bersemayam di atasnya. Naudzu billahi min
dzaalik..
Sebab kedua : Tidak adanya pehamahan mereka tentang perkara-perkara di luar kebiasaan (khawariqul ‘aadah) atau disebut karomah.
Realita
yang ada saat ini, kaum wahhabi-salafi tidak pernah membicarakan
tentang khawariqul ‘aadah atau karomah, bahkan mereka mengingkari
karomah-karomah para wali Allah yang disebutkan oleh para ulama hafidz
hadits seperti al-Hafidz Abu Nu’aim dalam kitab hilyahnya, imam Khatib
al-Baghdadi dalam kitab Tarikhnya dan lainnya, bahkan mereka memvonis
kafir kepada sebagian para wali Allah yang mayoritas ahli tasawwuf.
Mereka tidak bisa mencerna karomah-karomah para wali yang ada sehingga
tidak mempercayai imdadaat ruhiyyah (perkara luar biasa yang bersifat
ruh) yang Allah berlakukan di tangan para wali-Nya yang bertaqwa sebagai
kemuliaan Allah atas mereka.
Sedangkan
dajjal akan dating dengan kesaktian-kesaktian yang lebih hebat dan luar
biasa sebagai fitnah bagi orang yang Allah kehendaki, menumbuhkan tanah
yang kering, menurunkan hujan, memunculkan harta duniawi, emas,
permata, menghidupkan orang yang mati dan lain sebagainya, sedangkan
kaum wahhabi tidak perneh membicarakan khawariqul ‘aadat semacam itu,
sehingg akal mereka tidak mampu membenarkannya, oleh sebab itu ketika
dajjal muncul dengan membawa khowariqul ‘aadat semacam itu disertai
pengakuan rububiyyahnya, maka bagi wahabi dajjal itu adalah Allah,
karena wahabi tidak mengathui sama sekali tentang khowariqul ‘aadat yang
Allah jalankan atas seorang dari golongan manusia, mereka pun tidak
mampu membedakan antara pelaku secara hakikatnya dan semata-semata sebab
/ perantaranya, maka bercampurlah pemahaman mereka antara kekhususan
sang pencipta dengan makhluk-Nya. Seandainya mereka mengetahui bahwa apa
yang terjadi dari khowariqul ‘aadat hanyalah semata-mata dari qudrah
Allah, dan manusia hanyalah perantara, maka wahabi tidak akan heran atas
apa yang dilakukan dajjal. Dan seandainya kaum wahabi bertafakkur atas
khowariqul ‘aadat yang terjadi dari para Nabi dan wali, maka wahabi
tidak akan terkena fitnah oleh khowariqul ‘aadat yang terjadi dari
dajjal sebagai bentuk istidraajnya.
Yang
membedakan khowariqul ‘aadat yang terjadi atas para Nabi dan dajjal
adalah bahwa para nabi memperoleh hal itu sebagai penguat kebenaran yang
mereka serukan, sedangkan dajjal memperolah hal itu sebagai fitnah atas
seseorang yang mengaku rububiyyah, perkara hal itu sama-sama perkara
khowariqul ‘aadat (perkara luar biasa).
Sebab ketiga : Bermanhaj khowarij yakni keluar dari jama’ah muslimin dan mengkafirkan kaum muslimin.
Nabi
shallahu ‘alaihi wa sallam mensifati pengikut dajjal bahwasanya mereka
adalah kaum khowarij, sebagaimana sebagian telah dijelaskan di awal :
“
Akan muncul sekelompok manusia dari arah Timur, yang membaca al-Quran
namun tidak melewati tenggorokan mereka. Tiap kali Qarn (kurun /
generasi) mereka putus, maka muncul generasi berikutnya hingga generasi
akhir mereka akan bersama dajjal “ (Diriwayatkan imam Thabrani di dalam Al-Kabirnya, imam imam Abu Nu’aim di dalam Hilyahnya dan imam Ahmad di dalam musnadnya)
Arah
Timur yang Nabi maksud tidak ada lain adalah arah Timur kota Madinah
yaitu Najd sebab Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam telah menspesifikasikan
letak posisinya yaitu tempat dimana ciri-ciri khas penduduknya
orang-orang yang memiliki banyak unta dan baduwi yang berwatak keras dan
berhati kasar dan tempat di mana menetapnya suku Mudhar dan Rabi’ah,
dan semua itu hanya ada di Najd Saudi Arabia, Nabi bersabda :
“Dari
sinilah fitnah-fitnah akan bermunculan, dari arah Timur, dan sifat
kasar juga kerasnya hati pada orang-orang yang sibuk mengurus onta dan
sapi, kaum Baduwi yaitu pada kaum Rabi’ah dan Mudhar “. (HR. Bukhari)
Maka
kaum wahhabi-salafi ini adalah regenerasi dari kaum khowarij pertama di
masa Nabi dan sahabat, perbedaaanya kaum khowarij pertama bermanhaj
mu’aththilah (membatalkan sifat-sifat Allah), sedangkan kaum neo
khowarij (wahhabi) ini bermanhaj tajsim dan taysbiih. Walaupun berbeda,
namun sama-sama menyimpang dari aqidah Islam, dan Allah merubah manhaj
mereka dari kejelekan menuju manhaj yang lebih jelek lagi sebagai
balasan atas kedhaliman dan kesombongan yang memenuhi hati mereka. Atas
manhaj tajsim mereka inilah menjadi penyebab wahhabi mudah terpengaruh
oleh dajjal, sedangkan khowarij terdahulu jika masih ada yg mengikuti
manhaj ta’thilnya tidak mungkin terpengaruh oleh dajjal, sebab sangat
anti terhadap sifat-sifat Allah, mereka mensucikan Allah dari sifat
gerak, pindah, bersemayam, diam, duduk, turun dan sebagainya bahkan
mereka membatalkan sifat-sifat wajib Allah.
Semoga kita semua terhindar dari fitnah dajjal, Aamiin..
oleh:
Ibnu Abdillah Al-Katibiy, Pasuruan.