Chairil anwar selain membuat tentang puisi cinta , banyak juga yang lain seperti sahabat, perjuangan. Nah sebelum kita membahas tentang karya dari beliau alangkah baiknya kita sedikit bahas siapa dan dari mana asal - usul sang pujangga yang sudah terkenal lewat syairnya ini.
Nama julukan atau penggilan dari Chairil anwar adalah Binatang Jalang, dia dapat julukan itu dari karyanya yang berjudul AKU. Lahir di kota medan tanggal 26 juli 1922 kepulauan sumatra utara, dan meninggal di kota Jakarta pada tanggal 28 april 1949. Kalo gak salah katanya di sudah membuat karya sebanyak 94 dan termasuk 70 puisi. Dia di nobatkan sebagai pelopor 45 dan puisi modern indonesia oleh H.B. Jasin bersama kedua temanya yaitu Asrul Sani dan Rivai Aprin.
puisi chairil anwar
Aku
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
(Oleh : Chairil Anwar)
Karawang BekasiNah di atas sebagian Puisi Chairil anwar, nanti kapan - kapan lagi saya akan sambung artikelnya. Ada artikel yang mungkin sobat perlu seperti artikel kata bijak dan ada juga ni yang gak kalah kata mutiara. Semoga artikel tentang chiril anwar walopun singkat namun bisa membantu sobat para pecinta karya - karya dari beliau.
Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang-kenanglah kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garsi batas pernyataan dan impian
Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi
( Oleh : Chairil Anwar )