Hati-hati dengan Utang
Tahukah
Anda perbedaan ngutang dan nabung?
Menabung
berarti bersusah-susah dulu, bersantai-santai kemudian. Artinya, Anda
bekerja
keras di depan, setelah itu merasakan nikmatnya di belakang. Kalau ngutang,
berarti
Anda bersantai-santai dulu, baru merasakan susahnya di belakang.
Sekali
lagi, nabung berarti Anda bekerja keras dulu, baru mendapatkan nikmatnya
di
belakang,
sedangkan ngutang berarti Anda menikmati nikmatnya di depan, setelah itu
melakukan
kerja keras.
Kebanyakan
orang Indonesia lebih senang ngutang
daripada nabung. Ada satu cerita
menarik
tentang “utang” ini.
Alkisah
di negeri antah-berantah, diadakanlah sebuah kontes. Nama kontes itu Kontes
Gajah
Menangis. Ada seekor gajah yang seumur hidupnya tidak pernah menangis.
Banyak
orang disekitarnya berputus asa karena bingung melihat kenapa si gajah tidak
pernah
menangis. Oleh sang raja di negeri tersebut, akhirnya diadakanlah sebuah
kontes
yang memberikan tantangan bagaimana agar si gajah bisa menangis.
“Seorang ekonom asal
Indonesia berhasil membuat seekor
gajah menjadi menangis
tersedu-sedu setelah sang ekonom
menyebutkan besarnya utang
Indonesia.”
Pukul
10 pagi, dimulailah kontes tersebut. Si gajah dengan badan besarnya duduk, dan
mulailah
para peserta satu per satu mengeluarkan keahliannya di depan si gajah,
mencoba
membuatnya menangis. Peserta pertama adalah peniup seruling dari India.
Dengan
serulingnya, ia mulai memainkan lagu sedih. Lagunya sangat mendayu-dayu
dan
menyayat hati. Selama setengah jam lagu itu dimainkan, eeeh … bukan nya
menangis,
si gajah malah ketiduran. Peniup seruling dari India itu pun mundur.
Peserta
kedua, pendongeng anak-anak dari Swedia. Dengan bukunya, ia mulai
menceritakan
kisah sedih yang pernah ia buat dan ia terbitkan di seluruh dunia.
Setengah
jam berlalu, bukannya sedih dan menangis, si gajah malah melongo
mendengarkan
kisah-kisah si pendongeng.
Peserta
ketiga, seorang ekonom dari Indonesia.
Dengan
santai, si ekonom datang ke arah si gajah yang sedang duduk, lalu
mengarahkan
mulutnya ke telinga si gajah dan membisikkan sesuatu. Hanya satu
menit,
si gajah langsung berteriak melengking dan menangis sejadi-jadinya.
Akhirnya,
orang dari Indonesia itulah yang memenangkan kontes.
Apa
yang dibisikkan si ekonom Indonesia kepada si gajah?
“Utang
Indonesia lebih dari Rp.3 triliun ….”
***
Itulah
joke paling berkesan yang pernah saya dengar.
Mungkin
Anda bilang, itu ‘kan utang Negara. Utang saya pribadi kan nggak segitu.
Eitt, jangan keburu sombong. Utang pribadi Anda mungkin memang nggak segitu,
tapi
untuk ukuran perorangan, jumlah utang Anda bisa saja sudah termasuk besar.
Mau
bukti? Ambillah kertas kosong. Tuliskan pos-pos utang Anda di kertas tersebut.
Pos-posnya
saja. Contohnya:
Kartu
kredit
Utang
ke kantor
Panci
ke tetangga
Beberapa
di antara Anda mungkin mengatakan, “Pak Safir, saya nggak punya utang
koq.” Kalau begitu, pertanyaan saya, “Rumah yang Anda miliki
sekarang dibeli tunai
atau
kredit?” Kalau kredit, berarti Anda mempunyai utang.
Jadi,
contohnya mungkin seperti ini:
Kartu
kredit
Utang
ke kantor
Panci
ke tetangga
Kredit
motor
Kredit
rumah
Di
sebelah kanan kertas anda, tuliskan berapa angka total yang masih harus Anda
bayar
untuk masing-masing pos utang tersebut. Misalnya:
Kartu
kredit (Rp.5,2 juta)
Utang
ke kantor (Rp.6 juta)
Panci
ke tetangga (Rp.175 ribu)
Kredit
motor (Rp.4 juta)
Kredit
rumah (Rp.37,9 juta)
Hitung
jumlahnya!
Kita
kadang-kadang tidak menyadari bahwa utang kita sangat banyak bila
dijumlahkan.
Padahal utang-utang tersebut harus dibayar dari gaji Anda.
Nah,
pada Kiat Nomor 3 dalam mengelola gaji Anda, saya hanya ingin mengatakan,
berhati-hatilah
dalam berutang. Kalau tidak, bisa-bisa gaji yang Anda dapatkan
dengan
susah payah habis begitu saja hanya untuk membayar utang.
Oleh
karena itu, hal pertama yang harus Anda ketahui berkaitan dengan Kiat Nomor 3
ini
adalah:
“Ketahui
Kapan Boleh Berutang dan Kapan Tidak ….”
Kapan
Anda boleh berutang?
Ada
jawaban lucu yangò walaupun
tidak sering munculò kadang-kadang
dilontarkan
oleh
peserta seminar saya. Ini jawabannya:
“Ketika
kita tahu akan ada bonus bulan depan.”
Isu
tentang bonus bulan depan sering kali menjadi alasan seorang karyawan kembali
berutang.
Entah melakukan belanja tambahan yang kadang tidak perlu, membeli HP
yang
baru saja diiklankan di teve, bahkan berlibur. Banyak karyawan memutuskan
untuk
berlibur dengan memanfaatkan fasilitas utang dari kartu kredit hanya karena ia
tahu
bahwa bulan depan akan ada bonus.
Oleh
karena itu, ada baiknya Anda tahu kapan boleh berutang dan kapan tidak.
Kapan BOLEH Berutang
1.
Ketika utang itu akan
digunakan untuk sesuatu yang produktif.
Misalnya,
untuk bisnis. Bisnis jelas produktif, biarpun hasilnya kadang tidak
selalu
bisa langsung dinikmati. Harapannya sih
, hasil bisnis bisa lebih besar
dibandingkan
dengan bunga dan cicilan yang Anda bayar.
2.
Ketika utang itu akan
dibelikan barang yang nilainya hampir pasti akan naik.
Contohnya,
rumah. Rumah adalah tanah dan bangunan yang berdiri di atasnya.
Nilai
bangunan biasanya akan menurun dalam jangka waktu 10ò 15 tahun.
Sebaliknya,
nilai tanah justru akan naik dari tahun ke tahun. Bahkan, kenaikan
harga
tanah ini sering kali jauh lebih besar daripada penurunan nilai bangunan. Di
sini,
Anda boleh berutang karena hampir bisa dipastikan persentase kenaikan nilai
rumah
Anda lebih besar daripada persentase suku bunga KPR.
3.
Ketika Anda tidak punya cukup
uang tunai untuk membeli barang-barang yang
benar-benar Anda butuhkan,
walaupun nilai barang itu menurun.
Misalnya,
barang elektronik. Kulkas deh. Kulkas nilainya cenderung menurun dari
tahun
ke tahun. Akan tetapi, barang ini penting dan pembeliannya sering kali tidak
bisa
ditunda. Bahasa kerennya: urgent. Nah, kalau tidak punya uang tunai yang
cukup
untuk membelinya, Anda bisa memanfaatkan fasilitas utang yang ada di
sekitar
Anda.
Kapan Sebaiknya TIDAK Berutang
Ketika barang yang Anda beli
nilainya menurun dan Anda punya uang untuk
membelinya secara tunai.
Kembali
ke contoh kulkas yang urgent itu. Kalau Anda memiliki uang tunai, lebih
baik
beli cash. Kenapa? Membeli secara kredit akan lebih mahal dibanding
kalau
Anda
membeli secara tunai.
Bagaimana
dengan rumah? Apa harus tunai juga? Memang, membeli rumah secara
tunai
akan lebih murah. Akan tetapi, khusus untuk rumah, tidak apa-apa kalau Anda
Hati-hati
dengan Utang 22
membelinya
secara kredit. Berbeda dengan kendaraan atau barang elektronik yang
nilainya
menurun, nilai rumah biasanya naik sehingga kalaupun Anda membayar
lebih
mahal dalam bentuk pembelian secara kredit, toh persentase
kenaikan nilai
rumah
Anda biasanya lebih besar daripada persentase suku bunga KPR.
Kalau
Anda akhirnya memutuskan membeli dengan cara kredit atau berutang, apa
yang
sebaiknya Anda lakukan? Sebaliknya, bagi Anda yang pada saat ini sudah
terlanjur
memiliki utang, bagaimana caranya agar utang tersebut tidak akan
memberatkan
gaji Anda?
Saya
akan membagi bab ini menjadi dua bagian. Bagian pertama khusus untuk Anda
yang
belum memiliki utang, tetapi ingin mengambil utang, dan bagian kedua untuk
Anda
yang pada saat ini sedang (sudah terlanjur) memiliki utang.
Buat Anda yang ingin Mengambil
Utang
Anda
mungkin sedang berpikir-pikir ingin membeli sesuatu, entah itu rumah, mobil,
motor,
komputer, atau barang elektronik. Namun, Anda tidak memiliki uang tunai
yang
cukup untuk pembelian tersebut. Mungkin uang tunai Anda ada, tapi terlalu
ngepas, atau Anda memang betul-betul tidak mempunyai uang tunai
sementara barang
yang
ingin dibeli dirasa urgent.
Mungkin
Anda mulai berpikir dan mempertimbangkan untuk membeli secara kredit.
Berikut
sejumlah tip bila Anda ingin membeli sesuatu dengan cara berutang.
1.
Pilih dengan siapa Anda berutang.
2.
Ambil cicilan utang yang sesuai dengan penghasilan Anda.
3.
Perhatikan prosedur pembayaran utang Anda.
1. Pilih dengan siapa Anda
berutang
Ketika
ingin berutang atau membeli sesuatu dengan cara kredit, pikiran kita sering
kali
lebih terfokus pada bagaimana caranya agar permohonan utang kita disetujui.
Kadang-kadang
hanya agar permohonan itu disetujui, kita melakukan
kebohongan-kebohongan
kecil, seperti jumlah penghasilan, lama bekerja, atau halhal
semacam
itu. Padahal, kita sering kali lupa bahwa ada perjuangan baru yang
harus
dilakukan segera setelah mendapatkan utangan itu, yaitu bagaimana cara
kita
untuk bisa membayarnya kembali.
Banyak
orang yang kadang-kadang tidak bisa lancar saat membayar kembali
utang-utangnya.
Penyebabnya macam-macam, bisa karena jumlah cicilannya yang
terlalu
besar dan tidak sebanding dengan penghasilannya yang kecil, bisa karena
penghasilannya
tiba-tiba harus hilang karena di-PHK, dan seterusnya.
Nah,
repotnya, pihak Anda utangi sering kali tidak mau tahu problem Anda.
Mereka
ingin utang-utang yang mereka berikan dibayar.
Bahkan,
tidak semua pihak yang Anda utangi itu bisa bernegosiasi, dan juga
bahkan
terlalu sulit untuk menegosiasikan perpanjangan masa pengembaliannya.
Hati-hati
dengan Utang 23
Oleh
karena itu, tip dari saya untuk Anda ketika ingin berutang atau membeli
sesuatu
secara kredit: pilihlah pada siapa Anda ingin berutang atau membeli
sesuatu
secara kredit. Carilah pihak yang yang bisa fleksibel bernegosiasi kalau
Anda
sedang tidak mampu membayar (padahal Anda benar bermaksud ingin
membayar).
Siapa
saja pihak-pihak yang sulit diajak bernegosiasi dan siapa pula yang
fleksibel?
Berikut urutan-urutannya; mulai dari pihak yang sulit diajak
bernegosiasi
sampai pihak yang paling fleksibel.
a.
Rentenir
b.
Perusahaan Pembiayaan (leasing
& leaseback)
c.
Bank
d.
Pegadaian
e.
Kantor atau Koperasi Kantor
f.
Teman atau Saudara
g.
Orang Tua atau Mertua
h.
Pasangan
Jadi,
ingatlah, dengan siapa Anda berutang akan menentukan bagaimana “nasib”
keuangan
Anda bila kelak Anda sedang tidak bisa membayar kembali utang-utang
Anda.
2. Ambil cicilan utang yang
sesuai dengan penghasilan Anda.
Bukan
satu dua kali saya mendengar bahwa hanya karena ingin mendapatkan
utangan,
seseorang menyanggupi jumlah cicilan yang besar. Mungkin orang itu
lupa
bahwa jumlah cicilan yang besar sering kali bisa memberatkan keuangannya
sendiri.
Contohnya,
ada orang yang kadang-kadang menyanggupi kredit pembayaran
kulkas
sebesar Rp.750 ribu sebulan, padahal penghasilannya tidak sampai Rp.1,5
juta
per bulan. Bahkan, orang ini kadang-kadang berani mengambil lagi satu
utangan
baru sehingga penghasilannya sendiri tidak banyak tersisa.
Tip
dari saya untuk Anda: cobalah mengambil utangan yang cicilannya memang
sesuai
dengan penghasilan Anda. Jangan sampai gara-gara membayar cicilan,
penghasilan
Anda hanya bersisa sedikit dan tidak bisa Anda nikmati.
Saran
saya, usahakan total cicilan utang Anda hanya mencapai 30% dari
penghasilan
Anda.
“Jangan mentang-mentang Anda
sedang butuh, lalu Anda mengambil
utang yang cicilannya
memberatkan Anda.
Ambillah utang yang
cicilannya memang sesuai dengan penghasilan Anda.
Kalau bisa, total cicilan
utang tidak lebih dari 30% penghasilan Anda.”
Katakan
saja penghasilan Anda Rp.1 juta per bulan. Ini berarti, kalau mengambil
utang
atau membeli sesuatu secara kredit, Anda hanya bisa mengambil pilihan
cicilan
sebesar maksimal Rp.300 ribu per bulan. Lebih-lebih sedikit bolehlah,
nggak usah kaku; yang penting sekitar 30% dari penghasilan Anda.
Bagaimana
kalau
ingin mengambil dua utang? Boleh, asalkan total cicilan nya tetap sekitar
30%
dari Rp.1 juta. Mungkin Cicilan Barang A sebesar Rp.200 ribu sebulan,
sedangkan
Cicilan Barang B Rp.100 ribu sebulan.
Kenapa
sih harus memakai aturan 30%? Kalau Anda menggunakan
sekitarò katakanò 60% dari penghasilan bulan Anda hanya untuk membayar
cicilan,
utang Anda memang akan cepat habis, tapi Anda tidak bisa membayar
semua
pengeluaran Anda yang lain. Akibatnya, kalau kebutuhan di rumah tidak
bisa
terpenuhi, konsentrasi kerja Anda terganggu. Bayangin aja, gaji lumayan,
tapi
Anda tidak bisa menikmatinya karena sebagian besar digunakan untuk
membayar
cicilan. Sayang, kan?
Orang
yang kebanyakan dalam membayar cicilan sering kali tidak bisa membayar
kembali
cicilan utangnya karena biasanya ia lebih mendahulukan untuk membeli
kebutuhan.
Akhirnya, uang untuk bayar cicilan sudah keburu terpakai untuk
membeli
kebutuhan sehingga tidak ada uang lagi untuk bayar cicilan.
3. Perhatikan prosedur
pembayaran utang Anda
Pernahkah
Anda melihat orang yang sering kesulitan membayar cicilan utang?
Bukan
karena orang itu tidak sanggup membayar, bukan juga karena cicilan
utangnya
jauh melebihi aturan kita yang 30% dari penghasilan. Jadi, lebih pada
prosedur
pembayarannya.
Anggap
saja Anda mendapat gaji sekitar tanggal 25 setiap bulan. Anda kebetulan
mempunyai
utang yang cicilannya wajib dibayar setiap tanggal 20. Katakan saja
pada
periode tanggal 15ò 20
setiap bulan. Kira-kira, apa yang akan terjadi?
Banyak
orang bukannya membayar cicilan tersebut, tapi keburu menghabiskan
uangnya
untuk dibelanjakan. Kalau dapat gaji tanggal 25, sementara bayar
utangnya
tanggal 15ò 20
bulan depannya, wajar saja kalau Anda tergoda untuk
memakainya
terlebih dahulu. Akhirnya, uang Anda habis. Jadi, kalau gaji Anda
didapat
setiap tanggal 25, kenapa Anda tidak mencoba “menawar” agar periode
pembayaran
utang itu bisa diubah ke tanggal 27ò 30? Atau 1ò 5?
Ingat,
keterlambatan pembayaran utang sering berakibat denda yang sebenarnya
tidak
perlu.
Buat Anda yang Sudah Memiliki
Utang.
Bagaimana
kalau pada saat ini Anda sudah terlanjur memiliki utang? Banyak di antara
karyawan
yang memiliki utang, malah terpuruk dengan utang-utang tersebut. Suatu
kali,
saya pernah melihat sebuah iklan teve yang menggambarkan tentang bagaimana
seorang
karyawan yang bekerja dengan sangat baik di kantornya dan memiliki gaji
cukup
baik, tapi gara-gara utangnya banyak, ia hampir menghabiskan seluruh gajinya
untuk
membayar utang. Dengan demikian, ia tidak sempat lagi merasakan besarnya
gaji
yang ia peroleh.
Nah,
kalau Anda tidak ingin seperti orang yang ada di iklan itu, bagaimana kalau
Anda
simak tip-tip berikut? Mudah-mudahan dengan tip-tip ini, Anda tidak akan
stress
kalaupun mempunyai utang.
1.
Tinjau kembali kemampuan Anda dalam membayar cicilan.
2.
Jalin hubungan dengan si pemberi utang.
3.
Kadang-kadang, tidak apa-apa melakukan gali lubang tutup lubang.
1. Tinjau kembali kemampuan
Anda dalam membayar cicilan
Total
cicilan utang Anda sebaiknya tidak lebih dari 30% penghasilan Anda.
Namun,
bagaimana kalau setelah dihitung-hitung, total cicilan Anda mencapai
50%
dari penghasilan Anda? Coba ubah ke 30%.
Bagaimana
caranya? Negosiasi.
Misalnya
saja, penghasilan Anda per bulan mencapai Rp.3,5 juta. Kebetulan Anda
memiliki
tiga utang sebagai berikut:
a.
Motor, sebesar Rp.300 ribu per bulan, dibayar ke sebuah perusahaan leasing.
b.
Rumah, sebesar Rp.500 ribu per bulan, dibayar ke bank.
c.
Uang tunai, sebesar Rp.600 ribu per bulan, dibayar ke seorang teman yang
pernah
berbaik hati meminjamkan uang.
Total
cicilan Rp.1.400.000,- per bulan. Berarti, sama dengan 40% dari
penghasilan
Anda.
Jadikan
total cicilan Anda 30% saja dari penghasilan Anda. Dalam hitungan saya,
ini
berarti sama dengan Rp.1.050.000,- per bulan.
Bagaimana
caranya? Lakukan negosiasi kepada salah satu di antara pemberi
utang,
dan minta agar jumlah cicilannya bisa dikurangi. Diharapkan total cicilan
Anda
bisa hanya sekitar 30% dari penghasilan atau berkurang sebesar Rp.350 ribu
per
bulan.
Siapakah
yang bisa dinegosiasi? Di antara ketiga pihak (leasing, bank, dan teman),
yang
paling fleksibel adalah teman. Jadi, cobalah datang ke teman Anda, siapa
tahu
Anda bisa melakukan negosiasi dengan mengubah cicilan yang tadinya
Rp.600
ribu per bulan menjadi hanya Rp.250 ribu per bulan. Konsekuensinya,
paling-paling
Anda harus bersedia memperpanjang jangka waktu pembayaran.
Nggak apa-apa, yang penting cicilan tersebut tidak memberatkan
Anda setiap
bulan.
Biasanya,
penghasilan Anda setiap tahun naik, bukan? Dengan demikian, lamalama
total
cicilan Anda mungkin tidak lagi menghabiskan 30% penghasilan Anda,
tapi
hanya menjadi 25% atau 20% dari penghasilan Anda yang sudah naik.
Sekali
lagi, bila sekarang Anda sudah mempunyai utang, tinjau kembali
kemampuan
Anda dalam membayar cicilan. Kalau ternyata cicilan tersebut
memberatkan
Anda, jangan ragu melakukan negosiasi. Itulah karenanya, penting
sekali
bagi Anda memilih pada siapa Anda akan berutang.
2. Jalin hubungan dengan si
pemberi utang.
Saya
sering kali melihat banyak orang yang setelah mendapatkan utang, bukannya
menjalin
hubungan dengan si pemberi utang, malah menjauh dan kadang-kadang
“menghilang
dari peredaran”.
“Jalinlah hubungan dengan si
pemberi utang untuk
memudahkan Anda agar bisa
melakukan negosiasi apabila
kelak Anda bermasalah dengan
pembayaran utang Anda.”
Saran
saya, cobalah jalin hubungan dengan si pemberi utang. Menjalin hubungan
dengan
banyak orang bisa sangat banyak berguna untuk pekerjaan dan usaha kita.
Hati-hati
dengan Utang 26
Selain
itu, menjalin hubungan bisa sangat bermanfaat kalau suatu saat Anda
mengalami
kesulitan membayar utang.
Hubungan
yang erat dengan si pemberi utang kadang-kadang memang bisa
membantu
dalam memudahkan negosiasi kalau kelak Anda sedang tidak bisa
membayar
utang. Ini memang tidak selalu mudah dilakukan, tapi cobalah sekalisekali
mengajak
pemberi kredit Anda di bank untuk makan bersama. Atau, kalau
Anda
meminjam dari teman, sering-seringlah melakukan kegiatan bersama
denganmya
kalau waktu Anda memang senggang.
Bayangkan
kalau Anda tidak menjalin hubungan!
Hubungan
Anda dengan si pemberi kredit hanya sebatas hitam putih, hanya
business as usual atau hanya seperlunya saja. Garing, kan? Kalau Anda kelak lagi
nggak bisa bayar, dan mencoba bernegosiasi, sering kali negonya
menjadi alot. Ini
karena
sebelumnya Anda tidak memiliki kedekatan hubungan pribadi.
3. Kadang-kadang, tidak apa-apa
melakukan gali lubang tutup lubang
Maksud
saya, kalau kita sedang mempunyai utang dan sudah waktunya
membayar
kembali, kadang-kadang kita tergoda untuk meminjam fresh money
dari
pihak lain untuk menutup utang yang lama. Nah, ketika sudah waktunya
membayar
kembali, kadang kita tergoda juga untuk mengambil utangan baru guna
menutup
utang lama. Begitu seterusnya. Inilah yang disebut gali lubang tutup
lubang.
Dari
pengalaman saya, gali lubang tutup lubang bisa dilakukan dengan kondisi
berikut.
a.
Bunga dari Pihak Baru yang Anda ambil utangannya (jauh) lebih kecil
daripada
Pihak Lama yang Anda utangi. Sebagai contoh, Anda berutang ke
teman
sebesar Rp.5 juta dengan bunga 2% sebulan. Tidak apa-apa kalau Anda
mengambil
utang baru untuk menutup utang lama kalau memang bunganya
hanya
1% sebulan.
b.
Terjadi perpindahan kreditor, dari yang “kaku untuk dinegosiasikan” ke
menjadi
pihak yang “lebih fleksibel untuk dinegosiasikan”. Contohnya, Anda
meminjam
uang ke orang tua untuk membayar utang-utang Anda ke bank.
Orang
tua jelas lebih fleksibel daripada bank kalau Anda sedang tidak bisa
membayar
utang-utang Anda.
c.
Sudah waktunya Anda membayar utang tapi Anda tidak mempunyai uang
sama
sekali, dan bila tidak dibayar, Anda akan kena denda yang cukup besar.
Nah,
boleh deh Anda melakukan gali lubang tutup lubang sepanjang utang
yang
baru tersebut kelak tidak dibayar lagi dari lubang yang baru. Jangan
sampai
Anda terus-menerus gali lubang tutup lubang dalam membayar utangutang
hanya
gara-gara tidak mempunyai uang. Cukup sekali saja!