KIAT NO. 3

blogger templates


Hati-hati dengan Utang
Tahukah Anda perbedaan ngutang dan nabung?
Menabung berarti bersusah-susah dulu, bersantai-santai kemudian. Artinya, Anda
bekerja keras di depan, setelah itu merasakan nikmatnya di belakang. Kalau ngutang,
berarti Anda bersantai-santai dulu, baru merasakan susahnya di belakang.
Sekali lagi, nabung berarti Anda bekerja keras dulu, baru mendapatkan nikmatnya di
belakang, sedangkan ngutang berarti Anda menikmati nikmatnya di depan, setelah itu
melakukan kerja keras.
Kebanyakan orang Indonesia lebih senang ngutang daripada nabung. Ada satu cerita
menarik tentang “utang” ini.
Alkisah di negeri antah-berantah, diadakanlah sebuah kontes. Nama kontes itu Kontes
Gajah Menangis. Ada seekor gajah yang seumur hidupnya tidak pernah menangis.
Banyak orang disekitarnya berputus asa karena bingung melihat kenapa si gajah tidak
pernah menangis. Oleh sang raja di negeri tersebut, akhirnya diadakanlah sebuah
kontes yang memberikan tantangan bagaimana agar si gajah bisa menangis.
“Seorang ekonom asal Indonesia berhasil membuat seekor
gajah menjadi menangis tersedu-sedu setelah sang ekonom
menyebutkan besarnya utang Indonesia.”
Pukul 10 pagi, dimulailah kontes tersebut. Si gajah dengan badan besarnya duduk, dan
mulailah para peserta satu per satu mengeluarkan keahliannya di depan si gajah,
mencoba membuatnya menangis. Peserta pertama adalah peniup seruling dari India.
Dengan serulingnya, ia mulai memainkan lagu sedih. Lagunya sangat mendayu-dayu
dan menyayat hati. Selama setengah jam lagu itu dimainkan, eeeh … bukan nya
menangis, si gajah malah ketiduran. Peniup seruling dari India itu pun mundur.
Peserta kedua, pendongeng anak-anak dari Swedia. Dengan bukunya, ia mulai
menceritakan kisah sedih yang pernah ia buat dan ia terbitkan di seluruh dunia.
Setengah jam berlalu, bukannya sedih dan menangis, si gajah malah melongo
mendengarkan kisah-kisah si pendongeng.
Peserta ketiga, seorang ekonom dari Indonesia.
Dengan santai, si ekonom datang ke arah si gajah yang sedang duduk, lalu
mengarahkan mulutnya ke telinga si gajah dan membisikkan sesuatu. Hanya satu
menit, si gajah langsung berteriak melengking dan menangis sejadi-jadinya.
Akhirnya, orang dari Indonesia itulah yang memenangkan kontes.
Apa yang dibisikkan si ekonom Indonesia kepada si gajah?
“Utang Indonesia lebih dari Rp.3 triliun ….”
***
Itulah joke paling berkesan yang pernah saya dengar.
Mungkin Anda bilang, itu ‘kan utang Negara. Utang saya pribadi kan nggak segitu.
Eitt, jangan keburu sombong. Utang pribadi Anda mungkin memang nggak segitu,
tapi untuk ukuran perorangan, jumlah utang Anda bisa saja sudah termasuk besar.
Mau bukti? Ambillah kertas kosong. Tuliskan pos-pos utang Anda di kertas tersebut.
Pos-posnya saja. Contohnya:
Kartu kredit
Utang ke kantor
Panci ke tetangga
Beberapa di antara Anda mungkin mengatakan, “Pak Safir, saya nggak punya utang
koq.” Kalau begitu, pertanyaan saya, “Rumah yang Anda miliki sekarang dibeli tunai
atau kredit?” Kalau kredit, berarti Anda mempunyai utang.
Jadi, contohnya mungkin seperti ini:
Kartu kredit
Utang ke kantor
Panci ke tetangga
Kredit motor
Kredit rumah
Di sebelah kanan kertas anda, tuliskan berapa angka total yang masih harus Anda
bayar untuk masing-masing pos utang tersebut. Misalnya:
Kartu kredit (Rp.5,2 juta)
Utang ke kantor (Rp.6 juta)
Panci ke tetangga (Rp.175 ribu)
Kredit motor (Rp.4 juta)
Kredit rumah (Rp.37,9 juta)
Hitung jumlahnya!
Kita kadang-kadang tidak menyadari bahwa utang kita sangat banyak bila
dijumlahkan. Padahal utang-utang tersebut harus dibayar dari gaji Anda.
Nah, pada Kiat Nomor 3 dalam mengelola gaji Anda, saya hanya ingin mengatakan,
berhati-hatilah dalam berutang. Kalau tidak, bisa-bisa gaji yang Anda dapatkan
dengan susah payah habis begitu saja hanya untuk membayar utang.
Oleh karena itu, hal pertama yang harus Anda ketahui berkaitan dengan Kiat Nomor 3
ini adalah:
“Ketahui Kapan Boleh Berutang dan Kapan Tidak ….”
Kapan Anda boleh berutang?
Ada jawaban lucu yangò walaupun tidak sering munculò kadang-kadang dilontarkan
oleh peserta seminar saya. Ini jawabannya:
“Ketika kita tahu akan ada bonus bulan depan.”
Isu tentang bonus bulan depan sering kali menjadi alasan seorang karyawan kembali
berutang. Entah melakukan belanja tambahan yang kadang tidak perlu, membeli HP
yang baru saja diiklankan di teve, bahkan berlibur. Banyak karyawan memutuskan
untuk berlibur dengan memanfaatkan fasilitas utang dari kartu kredit hanya karena ia
tahu bahwa bulan depan akan ada bonus.
Oleh karena itu, ada baiknya Anda tahu kapan boleh berutang dan kapan tidak.
Kapan BOLEH Berutang
1. Ketika utang itu akan digunakan untuk sesuatu yang produktif.
Misalnya, untuk bisnis. Bisnis jelas produktif, biarpun hasilnya kadang tidak
selalu bisa langsung dinikmati. Harapannya sih , hasil bisnis bisa lebih besar
dibandingkan dengan bunga dan cicilan yang Anda bayar.
2. Ketika utang itu akan dibelikan barang yang nilainya hampir pasti akan naik.
Contohnya, rumah. Rumah adalah tanah dan bangunan yang berdiri di atasnya.
Nilai bangunan biasanya akan menurun dalam jangka waktu 10ò 15 tahun.
Sebaliknya, nilai tanah justru akan naik dari tahun ke tahun. Bahkan, kenaikan
harga tanah ini sering kali jauh lebih besar daripada penurunan nilai bangunan. Di
sini, Anda boleh berutang karena hampir bisa dipastikan persentase kenaikan nilai
rumah Anda lebih besar daripada persentase suku bunga KPR.
3. Ketika Anda tidak punya cukup uang tunai untuk membeli barang-barang yang
benar-benar Anda butuhkan, walaupun nilai barang itu menurun.
Misalnya, barang elektronik. Kulkas deh. Kulkas nilainya cenderung menurun dari
tahun ke tahun. Akan tetapi, barang ini penting dan pembeliannya sering kali tidak
bisa ditunda. Bahasa kerennya: urgent. Nah, kalau tidak punya uang tunai yang
cukup untuk membelinya, Anda bisa memanfaatkan fasilitas utang yang ada di
sekitar Anda.
Kapan Sebaiknya TIDAK Berutang
Ketika barang yang Anda beli nilainya menurun dan Anda punya uang untuk
membelinya secara tunai.
Kembali ke contoh kulkas yang urgent itu. Kalau Anda memiliki uang tunai, lebih
baik beli cash. Kenapa? Membeli secara kredit akan lebih mahal dibanding kalau
Anda membeli secara tunai.
Bagaimana dengan rumah? Apa harus tunai juga? Memang, membeli rumah secara
tunai akan lebih murah. Akan tetapi, khusus untuk rumah, tidak apa-apa kalau Anda
Hati-hati dengan Utang 22
membelinya secara kredit. Berbeda dengan kendaraan atau barang elektronik yang
nilainya menurun, nilai rumah biasanya naik sehingga kalaupun Anda membayar
lebih mahal dalam bentuk pembelian secara kredit, toh persentase kenaikan nilai
rumah Anda biasanya lebih besar daripada persentase suku bunga KPR.
Kalau Anda akhirnya memutuskan membeli dengan cara kredit atau berutang, apa
yang sebaiknya Anda lakukan? Sebaliknya, bagi Anda yang pada saat ini sudah
terlanjur memiliki utang, bagaimana caranya agar utang tersebut tidak akan
memberatkan gaji Anda?
Saya akan membagi bab ini menjadi dua bagian. Bagian pertama khusus untuk Anda
yang belum memiliki utang, tetapi ingin mengambil utang, dan bagian kedua untuk
Anda yang pada saat ini sedang (sudah terlanjur) memiliki utang.
Buat Anda yang ingin Mengambil Utang
Anda mungkin sedang berpikir-pikir ingin membeli sesuatu, entah itu rumah, mobil,
motor, komputer, atau barang elektronik. Namun, Anda tidak memiliki uang tunai
yang cukup untuk pembelian tersebut. Mungkin uang tunai Anda ada, tapi terlalu
ngepas, atau Anda memang betul-betul tidak mempunyai uang tunai sementara barang
yang ingin dibeli dirasa urgent.
Mungkin Anda mulai berpikir dan mempertimbangkan untuk membeli secara kredit.
Berikut sejumlah tip bila Anda ingin membeli sesuatu dengan cara berutang.
1. Pilih dengan siapa Anda berutang.
2. Ambil cicilan utang yang sesuai dengan penghasilan Anda.
3. Perhatikan prosedur pembayaran utang Anda.
1. Pilih dengan siapa Anda berutang
Ketika ingin berutang atau membeli sesuatu dengan cara kredit, pikiran kita sering
kali lebih terfokus pada bagaimana caranya agar permohonan utang kita disetujui.
Kadang-kadang hanya agar permohonan itu disetujui, kita melakukan
kebohongan-kebohongan kecil, seperti jumlah penghasilan, lama bekerja, atau halhal
semacam itu. Padahal, kita sering kali lupa bahwa ada perjuangan baru yang
harus dilakukan segera setelah mendapatkan utangan itu, yaitu bagaimana cara
kita untuk bisa membayarnya kembali.
Banyak orang yang kadang-kadang tidak bisa lancar saat membayar kembali
utang-utangnya. Penyebabnya macam-macam, bisa karena jumlah cicilannya yang
terlalu besar dan tidak sebanding dengan penghasilannya yang kecil, bisa karena
penghasilannya tiba-tiba harus hilang karena di-PHK, dan seterusnya.
Nah, repotnya, pihak Anda utangi sering kali tidak mau tahu problem Anda.
Mereka ingin utang-utang yang mereka berikan dibayar.
Bahkan, tidak semua pihak yang Anda utangi itu bisa bernegosiasi, dan juga
bahkan terlalu sulit untuk menegosiasikan perpanjangan masa pengembaliannya.
Hati-hati dengan Utang 23
Oleh karena itu, tip dari saya untuk Anda ketika ingin berutang atau membeli
sesuatu secara kredit: pilihlah pada siapa Anda ingin berutang atau membeli
sesuatu secara kredit. Carilah pihak yang yang bisa fleksibel bernegosiasi kalau
Anda sedang tidak mampu membayar (padahal Anda benar bermaksud ingin
membayar).
Siapa saja pihak-pihak yang sulit diajak bernegosiasi dan siapa pula yang
fleksibel? Berikut urutan-urutannya; mulai dari pihak yang sulit diajak
bernegosiasi sampai pihak yang paling fleksibel.
a. Rentenir
b. Perusahaan Pembiayaan (leasing & leaseback)
c. Bank
d. Pegadaian
e. Kantor atau Koperasi Kantor
f. Teman atau Saudara
g. Orang Tua atau Mertua
h. Pasangan
Jadi, ingatlah, dengan siapa Anda berutang akan menentukan bagaimana “nasib”
keuangan Anda bila kelak Anda sedang tidak bisa membayar kembali utang-utang
Anda.
2. Ambil cicilan utang yang sesuai dengan penghasilan Anda.
Bukan satu dua kali saya mendengar bahwa hanya karena ingin mendapatkan
utangan, seseorang menyanggupi jumlah cicilan yang besar. Mungkin orang itu
lupa bahwa jumlah cicilan yang besar sering kali bisa memberatkan keuangannya
sendiri.
Contohnya, ada orang yang kadang-kadang menyanggupi kredit pembayaran
kulkas sebesar Rp.750 ribu sebulan, padahal penghasilannya tidak sampai Rp.1,5
juta per bulan. Bahkan, orang ini kadang-kadang berani mengambil lagi satu
utangan baru sehingga penghasilannya sendiri tidak banyak tersisa.
Tip dari saya untuk Anda: cobalah mengambil utangan yang cicilannya memang
sesuai dengan penghasilan Anda. Jangan sampai gara-gara membayar cicilan,
penghasilan Anda hanya bersisa sedikit dan tidak bisa Anda nikmati.
Saran saya, usahakan total cicilan utang Anda hanya mencapai 30% dari
penghasilan Anda.
“Jangan mentang-mentang Anda sedang butuh, lalu Anda mengambil
utang yang cicilannya memberatkan Anda.
Ambillah utang yang cicilannya memang sesuai dengan penghasilan Anda.
Kalau bisa, total cicilan utang tidak lebih dari 30% penghasilan Anda.”
Katakan saja penghasilan Anda Rp.1 juta per bulan. Ini berarti, kalau mengambil
utang atau membeli sesuatu secara kredit, Anda hanya bisa mengambil pilihan
cicilan sebesar maksimal Rp.300 ribu per bulan. Lebih-lebih sedikit bolehlah,
nggak usah kaku; yang penting sekitar 30% dari penghasilan Anda. Bagaimana
kalau ingin mengambil dua utang? Boleh, asalkan total cicilan nya tetap sekitar
30% dari Rp.1 juta. Mungkin Cicilan Barang A sebesar Rp.200 ribu sebulan,
sedangkan Cicilan Barang B Rp.100 ribu sebulan.
Kenapa sih harus memakai aturan 30%? Kalau Anda menggunakan
sekitarò katakanò 60% dari penghasilan bulan Anda hanya untuk membayar
cicilan, utang Anda memang akan cepat habis, tapi Anda tidak bisa membayar
semua pengeluaran Anda yang lain. Akibatnya, kalau kebutuhan di rumah tidak
bisa terpenuhi, konsentrasi kerja Anda terganggu. Bayangin aja, gaji lumayan,
tapi Anda tidak bisa menikmatinya karena sebagian besar digunakan untuk
membayar cicilan. Sayang, kan?
Orang yang kebanyakan dalam membayar cicilan sering kali tidak bisa membayar
kembali cicilan utangnya karena biasanya ia lebih mendahulukan untuk membeli
kebutuhan. Akhirnya, uang untuk bayar cicilan sudah keburu terpakai untuk
membeli kebutuhan sehingga tidak ada uang lagi untuk bayar cicilan.
3. Perhatikan prosedur pembayaran utang Anda
Pernahkah Anda melihat orang yang sering kesulitan membayar cicilan utang?
Bukan karena orang itu tidak sanggup membayar, bukan juga karena cicilan
utangnya jauh melebihi aturan kita yang 30% dari penghasilan. Jadi, lebih pada
prosedur pembayarannya.
Anggap saja Anda mendapat gaji sekitar tanggal 25 setiap bulan. Anda kebetulan
mempunyai utang yang cicilannya wajib dibayar setiap tanggal 20. Katakan saja
pada periode tanggal 15ò 20 setiap bulan. Kira-kira, apa yang akan terjadi?
Banyak orang bukannya membayar cicilan tersebut, tapi keburu menghabiskan
uangnya untuk dibelanjakan. Kalau dapat gaji tanggal 25, sementara bayar
utangnya tanggal 15ò 20 bulan depannya, wajar saja kalau Anda tergoda untuk
memakainya terlebih dahulu. Akhirnya, uang Anda habis. Jadi, kalau gaji Anda
didapat setiap tanggal 25, kenapa Anda tidak mencoba “menawar” agar periode
pembayaran utang itu bisa diubah ke tanggal 27ò 30? Atau 1ò 5?
Ingat, keterlambatan pembayaran utang sering berakibat denda yang sebenarnya
tidak perlu.
Buat Anda yang Sudah Memiliki Utang.
Bagaimana kalau pada saat ini Anda sudah terlanjur memiliki utang? Banyak di antara
karyawan yang memiliki utang, malah terpuruk dengan utang-utang tersebut. Suatu
kali, saya pernah melihat sebuah iklan teve yang menggambarkan tentang bagaimana
seorang karyawan yang bekerja dengan sangat baik di kantornya dan memiliki gaji
cukup baik, tapi gara-gara utangnya banyak, ia hampir menghabiskan seluruh gajinya
untuk membayar utang. Dengan demikian, ia tidak sempat lagi merasakan besarnya
gaji yang ia peroleh.
Nah, kalau Anda tidak ingin seperti orang yang ada di iklan itu, bagaimana kalau
Anda simak tip-tip berikut? Mudah-mudahan dengan tip-tip ini, Anda tidak akan
stress kalaupun mempunyai utang.
1. Tinjau kembali kemampuan Anda dalam membayar cicilan.
2. Jalin hubungan dengan si pemberi utang.
3. Kadang-kadang, tidak apa-apa melakukan gali lubang tutup lubang.
1. Tinjau kembali kemampuan Anda dalam membayar cicilan
Total cicilan utang Anda sebaiknya tidak lebih dari 30% penghasilan Anda.
Namun, bagaimana kalau setelah dihitung-hitung, total cicilan Anda mencapai
50% dari penghasilan Anda? Coba ubah ke 30%.
Bagaimana caranya? Negosiasi.
Misalnya saja, penghasilan Anda per bulan mencapai Rp.3,5 juta. Kebetulan Anda
memiliki tiga utang sebagai berikut:
a. Motor, sebesar Rp.300 ribu per bulan, dibayar ke sebuah perusahaan leasing.
b. Rumah, sebesar Rp.500 ribu per bulan, dibayar ke bank.
c. Uang tunai, sebesar Rp.600 ribu per bulan, dibayar ke seorang teman yang
pernah berbaik hati meminjamkan uang.
Total cicilan Rp.1.400.000,- per bulan. Berarti, sama dengan 40% dari
penghasilan Anda.
Jadikan total cicilan Anda 30% saja dari penghasilan Anda. Dalam hitungan saya,
ini berarti sama dengan Rp.1.050.000,- per bulan.
Bagaimana caranya? Lakukan negosiasi kepada salah satu di antara pemberi
utang, dan minta agar jumlah cicilannya bisa dikurangi. Diharapkan total cicilan
Anda bisa hanya sekitar 30% dari penghasilan atau berkurang sebesar Rp.350 ribu
per bulan.
Siapakah yang bisa dinegosiasi? Di antara ketiga pihak (leasing, bank, dan teman),
yang paling fleksibel adalah teman. Jadi, cobalah datang ke teman Anda, siapa
tahu Anda bisa melakukan negosiasi dengan mengubah cicilan yang tadinya
Rp.600 ribu per bulan menjadi hanya Rp.250 ribu per bulan. Konsekuensinya,
paling-paling Anda harus bersedia memperpanjang jangka waktu pembayaran.
Nggak apa-apa, yang penting cicilan tersebut tidak memberatkan Anda setiap
bulan.
Biasanya, penghasilan Anda setiap tahun naik, bukan? Dengan demikian, lamalama
total cicilan Anda mungkin tidak lagi menghabiskan 30% penghasilan Anda,
tapi hanya menjadi 25% atau 20% dari penghasilan Anda yang sudah naik.
Sekali lagi, bila sekarang Anda sudah mempunyai utang, tinjau kembali
kemampuan Anda dalam membayar cicilan. Kalau ternyata cicilan tersebut
memberatkan Anda, jangan ragu melakukan negosiasi. Itulah karenanya, penting
sekali bagi Anda memilih pada siapa Anda akan berutang.
2. Jalin hubungan dengan si pemberi utang.
Saya sering kali melihat banyak orang yang setelah mendapatkan utang, bukannya
menjalin hubungan dengan si pemberi utang, malah menjauh dan kadang-kadang
“menghilang dari peredaran”.
“Jalinlah hubungan dengan si pemberi utang untuk
memudahkan Anda agar bisa melakukan negosiasi apabila
kelak Anda bermasalah dengan pembayaran utang Anda.”
Saran saya, cobalah jalin hubungan dengan si pemberi utang. Menjalin hubungan
dengan banyak orang bisa sangat banyak berguna untuk pekerjaan dan usaha kita.
Hati-hati dengan Utang 26
Selain itu, menjalin hubungan bisa sangat bermanfaat kalau suatu saat Anda
mengalami kesulitan membayar utang.
Hubungan yang erat dengan si pemberi utang kadang-kadang memang bisa
membantu dalam memudahkan negosiasi kalau kelak Anda sedang tidak bisa
membayar utang. Ini memang tidak selalu mudah dilakukan, tapi cobalah sekalisekali
mengajak pemberi kredit Anda di bank untuk makan bersama. Atau, kalau
Anda meminjam dari teman, sering-seringlah melakukan kegiatan bersama
denganmya kalau waktu Anda memang senggang.
Bayangkan kalau Anda tidak menjalin hubungan!
Hubungan Anda dengan si pemberi kredit hanya sebatas hitam putih, hanya
business as usual atau hanya seperlunya saja. Garing, kan? Kalau Anda kelak lagi
nggak bisa bayar, dan mencoba bernegosiasi, sering kali negonya menjadi alot. Ini
karena sebelumnya Anda tidak memiliki kedekatan hubungan pribadi.
3. Kadang-kadang, tidak apa-apa melakukan gali lubang tutup lubang
Maksud saya, kalau kita sedang mempunyai utang dan sudah waktunya
membayar kembali, kadang-kadang kita tergoda untuk meminjam fresh money
dari pihak lain untuk menutup utang yang lama. Nah, ketika sudah waktunya
membayar kembali, kadang kita tergoda juga untuk mengambil utangan baru guna
menutup utang lama. Begitu seterusnya. Inilah yang disebut gali lubang tutup
lubang.
Dari pengalaman saya, gali lubang tutup lubang bisa dilakukan dengan kondisi
berikut.
a. Bunga dari Pihak Baru yang Anda ambil utangannya (jauh) lebih kecil
daripada Pihak Lama yang Anda utangi. Sebagai contoh, Anda berutang ke
teman sebesar Rp.5 juta dengan bunga 2% sebulan. Tidak apa-apa kalau Anda
mengambil utang baru untuk menutup utang lama kalau memang bunganya
hanya 1% sebulan.
b. Terjadi perpindahan kreditor, dari yang “kaku untuk dinegosiasikan” ke
menjadi pihak yang “lebih fleksibel untuk dinegosiasikan”. Contohnya, Anda
meminjam uang ke orang tua untuk membayar utang-utang Anda ke bank.
Orang tua jelas lebih fleksibel daripada bank kalau Anda sedang tidak bisa
membayar utang-utang Anda.
c. Sudah waktunya Anda membayar utang tapi Anda tidak mempunyai uang
sama sekali, dan bila tidak dibayar, Anda akan kena denda yang cukup besar.
Nah, boleh deh Anda melakukan gali lubang tutup lubang sepanjang utang
yang baru tersebut kelak tidak dibayar lagi dari lubang yang baru. Jangan
sampai Anda terus-menerus gali lubang tutup lubang dalam membayar utangutang
hanya gara-gara tidak mempunyai uang. Cukup sekali saja!