KECERDASAN EMOSIONAL

blogger templates
Kecerdasan Emosional Entrepreneur
“Mengedepankan kecerdasan emosi kita dalam bisnis itu adalah
hal yang mutlak”.
MENGAPA kecerdasan emosional seorang entrepreneur juga saya ungkap
dalam buku ini? Itu karena, saya sendiri ikut merasakan, bahwa kesuksesan
bisnis memang sangat berkait langsung dengan kecerdasan emosi
entrepreneur. Maka, tak ada salahnya kalau faktor kecerdasan emosional itu
perlu kita kedepankan. Bahkan, itu mutlak kita miliki.
Hal itu, saya pikir juga merupakan langkah tepat di dalam setiap kita ingin
meraih keberhasilan bisnis, juga dalam kehidupan sehari-hari.
Orang yang pertama mengenalkan kecerdasan emosional adalah Daniel
Goleman. Dalam bukunya “Emotional Intelligence” atau EQ, ia
mengungkapkan, bahwa ada 5 wilayah kecerdasan emosi yaitu:
1. Mengenali emosi diri,
2. Mengelola emosi,
3. Memotivasi diri sendiri,
4. Mengenal emosi orang lain, dan
5. Membina hubungan
Jika kita memang mampu memahami, dan melaksanakan kelima wilayah
utama kecerdasan emosi tersebut, maka semua perjalanan bisnis apapun
yang kita lakukan akan lebih berpeluang berjalan mulus.
Harus dipahami, bahwa ada perbedaan antara kecerdasan emosional dengan
kecerdasan intelektual (IQ). Goleman mengungkapkan, bahwa kecerdasan
intelektual itu sesungguhnya merupakan keturunan seseorang yang tidak
dapat dirubah, karena pembawaan sejak lahir. Sedangkan kecerdasan
emosional tidak demikian.
Goleman akhirnya menyimpulkan, bahwa kecerdasan emosional adalah
merupakan jembatan antara apa yang kita ketahui, dan apa yang kita
lakukan.
Dengan semakin tinggi kecerdasan emosional, kita akan semakin terampil
melakukan apa pun yang kita ketahui benar.
Entrepreneur yang memiliki kecerdasan emosional optimal, akan lebih
berpeluang mencapai puncak keberhasilannya. Sosok semacam ini sangat
kita perlukan guna membangun masyarakat entrepreneur Indonesia.
Entrepreneur yang memiliki kecerdasan emosional optimal, akan tetap
menganggap, bahwa krisis itu adalah sebuah peluang.
Itulah sebabnya mengapa entrepreneur itu harus tetap jeli dalam
memanfaatkan emosinya. Sebaliknya, jika seseorang secara intelektual
cerdas, kerap kali justru bukanlah seorang entrepreneur yang berhsil dalam
bisnis dan kehidupan pribadinya. Dia harus yakin, bahwa di dalam dunia
bisnis saat ini maupun di masa mendatang, kecerdasan emosional akan lebih
tetap berperan.
Maka dengan memiliki kecerdasan emosional yang optimal, akan lebih bisa
mentransformasikan situasi sulit. Bahkan, kita juga semakin peka akan
adanya peluang entrepreneur dalam situasi apapun. Kalau kita memiliki
kecerdasan emosional yang optimal, saya yakin akan mampu mengatasi
berbagai konflik.
Orang yang benar-benar mengoptimalkan EQ, akan lebih jeli dalam melihat
sebuah peluang. Ia akan lebih cekatan dalam bertindak dan lebih punya
inisiatif. Atau, ia pun akan lebih siap dalam melakukan negosiasi bisnis. Lebih
mampu melakukan langkah sreategi bisnisnya, memiliki kepekaan, daya
cipta, dan komitmen yang tinggi.
Bahkan, ada pakar yang mengungkapkan, bahwa keberhasilan
seseorang dalam bidang bisnis, 80 % ditentukan oleh kecerdasan
emosionalnya.
Banyak orang yang sukses menjadi entrepreneur meski nilai akademisnya
sedang-sedang saja. Hal ini disebabkan, mereka yang lulus dengan nilai
sedang itu sebagian besar memiliki kecerdasan emosional optimal. Lantaran
kecerdasan emosional optimal yang inilah yang justru mendorongnya untuk
menjadi entrepreneur yang kreatif. Contohnya adalah Bill Gates, seorang
super milyarder di Amerika Serikat. Dia adalah pemilik perusahaan perangkat
lunak Mirosoft.
Saat Bill Gates kuliah di Harvard Bussines School, ia merasa tidak mendapat
pengetahuan apa-apa. Akhirnya ia putuskan berhenti kuliah. Namun
meskipun drop-out dari Harvard, Bill dikenal sebagai penyumbang dana
terbesar bagi universitasnya.
Hal yang sama juga terjadi pada Steven K. Scout. saat ini dia dikenal
sebagai milyarder di Amerika Serikat. Ketika masih di sekolah, Steven tidak
pintar. Dia tidak pepuler di sekolahnya. Namun, sekarang Steven berhasil
menjadi pengusaha yang bergerak di bidang bisnis pemasaran nomor satu di
Amerika Serikat.
Entrepreneur itu memang perlu kecerdasan emosional yang optimal. Nilai
akademis saat studi tidak harus tinggi. Sulit bagi seseorang untuk menjadi
entrepreneur, meski memiliki kecerdasan intelektual tinggi, tetapi kecerdasan
emosionalnya rendah.
Lantas, apakah Anda ingin memiliki kecerdasan emosional yang optimal? Itu
bisa dipelajari, dilatih, dan bisa dikembangkan. Karena semuanya itu proses
yang membutuhkan waktu, ketekunan, dan semangat tinggi.