dokumentasi okezone.com
Menurut Guru Besar Ilmu Politik Universitas Indonesia, Iberamsjah, apa yang dilakukan Ibas disebut Hungry of Power atau fenomena haus kekuasaan.
“Itu fenomena haus kekuasaan, itu penyakit, istilahnya hungry for power, maniak power (kekuasaan),” kata Iberamsjah saat dihubungi Okezone, Senin (24/4/2013).
Lanjut Iberamsjah, jika memang sudah berhenti dari anggota legislatif seharusnya Ibas tidak mencalonkan diri lagi secara moral politik. “Kalau sudah berhenti, karena kinerja tidak baik, harusnya dia malu mendaftarkan diri. Harusnya dia tidak mencalonkan diri, secara moral politik,” katanya
Ditaruh di Dapil yang sama pada tahun lalu, menurut Iberamsjah, tidak akan berpengaruh banyak dengan perolehan suara Ibas. Sebab, tidak ada kinerja yang menonjol dari Ibas.
“Apa prestasinya? Apa kinerjanya? Apa yang ditinggalkan buat konstituennya? bohong kalau disebut dia diminta lagi oleh konstituennya,” tegas Iberamsjah.
Karena itu pula, Iberamsjah menduga suara Ibas tidak akan signifikan meski di Dapil yang sama.
“Suaranya akan lebih turun dari 2009. 2009 itu dia menang penuh rekayasa, apalagi sekarang Partai Demokrat sedang berantakan,” pungkas Iberamsjah.