“Engkau
lebih kasih kepadaku ketimbang ibuku sendiri,” jawab Musa.
“Wahai
Musa, ibumu mengasihimu lantaran kasih-Ku yang Kucurahkan padanya. Akulah yang
menggembirakan hatinya sehingga dia abaikan rasa kantuknya demi mengasuhmu.
Kalau tidak, maka sikapnya terhadapmu akan sama dengan wanita-wanita yang
lainnya. Wahai Musa, tahukah kamu apabila ada hamba-Ku yang mempunyai dosa dan
kesalahan sehingga memenuhi ruagng bumi dan langit, Aku akan tetap
mengampuninya tanpa Aku peduli ?”
“Ya
Rabbi, bagaiman sampai Kau peduli ?” tanya Musa.
“Karena
ada satu sifat mulia dalam diri hamba-Ku yang sangat Kusenangi: kecintaanya
kepada orang-orang mukmin yang fakir; dia tunaikan hak-hak mereka, dan dia
tidak bersikap sombong terhadap mereka. Apabila dia berlaku seperti ini, maka
aku akan ampuni dosa-sosanya tanpa Aku perduli. Wahai Musa, sesungguhnya kemegahan
adalah selendang-Ku dalam hal ini maka Aku akan maka Aku akan mengazabnya
dengan api neraka-Ku. Wahai Musa, di antara cara mengagungkan kebesaran-Ku
ialah bersikap murah terhadap hamba-Ku yang mukmin yang kurang bernasib baik
didunia atas apa yang telah Kuberiakn padanya bagian dari dunia ini. Apabila
dia bersikap sombong kepadanya, berarti dia telah meremehkan keagungan-Ku.